Kamis 06 May 2021 22:49 WIB

IDI Tegaskan Dukung Kebijakan Larangan Mudik 6-17 Mei 2021

Larangan mudik, meski kurang efektif tetap bisa mengurangi mobilitas masyarakat.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Suasana ruas Jalan Tol Kanci-Pejagan yang sepi di simpang susun Pejagan, Brebes, Jawa Tengah, Kamis (6/5/2021). Di hari pertama penerapan larangan mudik 2021 sejumlah ruas tol Trans Jawa di Jawa Tengah sepi yang didominasi kendaraan angkutan barang.
Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Suasana ruas Jalan Tol Kanci-Pejagan yang sepi di simpang susun Pejagan, Brebes, Jawa Tengah, Kamis (6/5/2021). Di hari pertama penerapan larangan mudik 2021 sejumlah ruas tol Trans Jawa di Jawa Tengah sepi yang didominasi kendaraan angkutan barang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Larangan mudik lebaran 2021 pada 6 hingga 17 Mei resmi berlaku mulai hari ini. Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyambut baik dan mendukung larangan mudik selama periode ini karena bisa mengurangi kerumunan.

"Kami sangat yakin kebijakan melarang mudik ini bisa sangat menekan kasus Covid-19. Kenapa? Karena itu akan mengurangi munculnya kerumunan, baik di transportasi, kemudian saat berkumpul di kampung," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi Republika, Kamis (6/5).

Baca Juga

PB IDI berharap upaya pemerintah ini akan sangat mengurangi risiko untuk tertular Covid-19. Kendati demikian, Daeng tidak menampik mungkin masih ada masyarakat yang memaksakan diri untuk pulang kampung.

PB IDI menilai secara keseluruhan, larangan mudik bisa tetap mengurangi laju kemungkinan berkerumun dan risiko tertular virus corona. "Daripada loss (dibiarkan) semua maka kerumunan akan terjadi," katanya.

Ia menambahkan, lonjakan kasus Covid-19 mulai terlihat dua pekan setelah arus mudik dan balik selesai. Oleh karena itu, PB IDI meminta pemerintah meningkatkan kapasitas testing, setidaknya hingga selama sebulan setelah lebaran. Sebab, semakin banyak pengetesan maka semakin banyak yang bisa terungkap terinfeksi virus ini. 

Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono juga menyarankan, pemerintahperlu meningkatkan 3T atau pelacakan kontak (contact tracing), pengujian (testing), dan perawatan (treatment). Tujuannya, untuk menemukan lebih banyak kasus Covid-19.

"Jumlah kasus menurun seolah-olah karena jumlah pelacakan kontak menurun jauh, kemudian jumlah tesnya menurun, sehingga harus hati-hati disikapi penurunan yang semu ini berbahaya, pemerintah saya anjurkan untuk tidak membiarkan kesan menurun ini, jadi harusnya meningkatkan pelacakan kontak dan pengujian," kata Yunis, Kamis.

Yunis menyarankan masyarakat tetap waspada, karena penurunan kasus saat ini hanya bersifat semu. Jika dilakukan lebih banyak pelacakan kontak dan pengujian, bahkan terhadap orang tanpa gejala, kemungkinan akan lebih banyak kasus terungkap.

"Kalau OTG diperiksa kemudian kasus yang lain pelacakan kontak kasusnya akan lebih banyak lagi," tuturnya.

 

photo
Skenario Penyekatan Pemudik di Kota Malang - (ANTARA)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement