REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta optimistis Indonesia bisa menjadi satu dari lima besar kekuatan dunia. Untuk mencapai itu, ia pun menawarkan gagasan arah sejarah baru Indonesia.
"Apa arah sejarah baru itu? ini yang saya sebut dengan ini momentum gelombang ketiga Indonesia dan sudah waktunya Indonesia menjadi satu dari lima kekuatan dunia setelah Amerika, China, Rusia, dan Eropa. Kita bisa Insya Allah," kata Anis saat ditemui di Jakarta, Selasa (4/5).
Anis mengungkapkan gagasan arah sejarah baru Indonesia itu menjadi pembeda yang paling fundamental antara Partai Gelora dengan partai lain. Kedepan Partai Gelora ingin tidak ada lagi pembelahan di masyarakat.
"Karena yang kita ceritakan adalah arah sejarah baru bagi Indonesia, maka yang harus kita satukan adalah seluruh komponen bangsa ini yang selama ini terbelah-belah ke kanan ke tengah dan ke kiri. Kita ingin keluar dari konflik ini datang hadir membawa satu arah sejarah baru bagi Indonesia," ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengaku miris ketika pandemi Covid-19 menyerang, Indonesia justru ikut menjadi korban sekaligus konsumen vaksin dari virus yang bukan berasal dari Indonesia. Karena itu, menurut dia, kesadaran bangsa untuk bangkit dari kasta terendah percaturan global perlu dibangun.
"Itu sebabnya dengan tekad mengubah krisis ini menjadi peluang. Saya percaya bahwa cita-cita menjadikan Indonesia sebagai lima besar dunia itu bukan hanya bisa, tapi seharusnya menjadi kewajiban sejarah kita sebagai bangsa besar di dunia," tuturnya.
Ia berharap bangsa Indonesia bisa keluar dari perbedaan yang dianggap tidak fundamental seperti antara Islam dan nasionalisme, dan pembelahan kanan dan kiri. Menurutnya, hal yang dapat manfaat dari pembelahan tersebut adalah orang-orang yang tidak punya cita-cita yang besar bagi Indonesia.
Karena itu Pancasila sebagai platform kehidupan berbangsa dinilai mampu menyatukan seluruh kelompok yang ada di Indonesia dan membuat mereka yang berbeda-beda bisa bekerja sama. Menurutnya, semangat utama dari Pancasila pada dasarnya adalah nilai kolaborasi.
"Jadi kalau kita ingin mencapai cita-cita besar lima besar dunia InsyaAllah dengan nilai dasar kolaborasi ini saya percaya bahwa kemampuan kita secara keseluruhan sebagai bangsa memadai untuk sampai ke sana. Pandemi Ini cukuplah menjadi cambuk bagi kita bahwa tidak enak menjadi korban dan tidak enak menjadi konsumen pada waktu yang sama," ujarnya.