SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM- Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menginstruksikan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) untuk memaksimalkan pelacakan atau tracking temuan klaster baru penyebaran kasus covid-19 yang terjadi.
Hal itu dilakukan menyusul munculnya klaster layatan di Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo yang menewaskan dua warga dan menulari 38 warga lain di dua RT.
Penegasan itu disampaikan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyikapi tren kasus covid-19 yang belakangan kembali merangkak naik. Ia mengatakan sejauh ini, klaster baru yang dinilai menjadi perhatian serius adalah klaster layatan di Jetis.
Untuk mengantisipasi agar klaster tidak merembet luas, pihaknya pun meminta DKK mengejar tracking sampai semua terlacak dan nol.
"Sekarang walaupun dilarang orang yang mudik tetap saja aja. Seperti yang di klaster Jetis itu kan kedatangan tamu dari Jakarta kemudian positif dan akhirnya semua satu dukuh dan 2 RT positif. Nah ini akan menjadi rentetan seperti ini terus. Makanya saya perintahkan setiap ada kejadian positif harus segera ditracking sampai dengan zero atau nol," paparnya kepada Joglosemarnews.com ditemui usai upacara akhir masa jabatan, Senin (3/5/2021).
Bupati Yuni menerangkan pengejaran itu dimaksudkan apabila ada satu klaster penularan, maka semua yang kontak erat diharapkan dilacak secara tuntas. Sampai kemudian tidak lagi ditemukan yang positif di lokasi itu. Menurutnya, sejauh ini klaster baru yang dianggap sporadis penularannya memang di Jetis Sambirejo.
Klaster itu menjadi tren yang harus segera ditanggulangi bersama-sama. "Baznas kemarin membantu makanan untuk gizinya. Satgas tingkat desa siaga, Babinsa dan Babinkamtibmas serta Puskesmas punya Posko di sana. Ada 38 warga yang positif itu betul-betul terlokalisir karena tidak mau dibawa ke Technopark akhirnya kita lockdown wilayah," ujarnya.
Ia berharap dengan tracking sampai tuntas, temuan klaster covid-19 bisa ditekan sehingga tidak sampai merembet ke mana-mana. Terkait peningkatan kasus Covid-19 belakangan ini, Bupati Yuni menyebut salah satunya karena sudah ada kelonggaran.
Di antaranya kegiatan ekonomi sudah mulai jalan dan hajatan juga sudah dibolehkan. Termasuk adanya pemudik yang nekat pulang, juga dinilai turut andil terhadap peningkatan kasus. "Sekarang walaupun dilarang, orang yang mudik tetap saja ada. Seperti yang di Klaster Jetis itukan kedatangan tamu dari Jakarta kemudian positif dan akhirnya semua satu dukuh dan 2 RT positif," tandasnya.
Di sisi lain, penuntasan tracking juga terkait kasus meninggalnya imam dan takmir masjid di Desa Pelemgadung secara beruntun beberapa hari terakhir. Kepala DKK Sragen, Hargiyanto mengatakan klaster masjid itu berawal dari meninggalnya dua pasien positif Covid-19 dalam lima hari beruntun pada akhir April kemarin.
"Keduanya kebetulan adalah imam dan pengurus takmir di masjid tersebut. Kami lakukan tracking ke 45 orang warga yang kontak erat dengan keduanya," papar Hargiyanto.
Ia mengatakan 45 orang itu adalah warga di dua RT di sekitar masjid. Tracing dalam tiga tahap, hasilnya sebanyak 13 orang kemudian diketahui positif. Dari 13 warga yang positif itu, 10 warga sudah menjalani karantina di gedung Technopark Sragen.
Kondisi mereka secara umum dilaporkan baik dan jika ada keluhan hanya gejala ringan seperti batuk. "Tidak ada yang masuk rumah sakit. Yang 10 orang sudah kita bawa ke Technopark, yang tiga orang belum karena hasilnya (swab) baru keluar kemarin," urainya.
Pihaknya belum bisa memastikan sumber penularan itu sudah bisa disebut klaster baru. Namun yang jelas, karena dua pasien meninggal merupakan imam dan takmir masjid, penelusuran pun dimulai dari keduanya.
"Apakah ini sudah bisa dinyatakan sebagai klaster masjid, besok baru bisa kami pastikan. Karena dari 13 orang yang dinyatakan positif, tujuh di antaranya merupakan anggota keluarga imam dan takmir yang meninggal. Sementara enam warga yang lain akan kami pastikan besok apakah benar tertular dari keduanya," pungkasnya.