REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerumunan pengunjung di Pasar Tanah Abang terpantau berkurang pada Senin (3/5) hari ini. Berkurangnya penunjung di Pasar Tanah Abang, setelah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menegakkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Di sisi lain, kondisi ini dikeluhkan oleh para pedagang di pasar tersebut.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id sejak Senin siang hingga sore, jumlah pengunjung di Pasar Tanah Abang jauh berkurang dibandingkan pada Sabtu (1/5) dan Ahad (2/5) akhir pekan lalu. Berkurangnya kerumunan itu setidaknya tampak di BLOK A, B, F, dan Skybridge Tanah Abang.
Hanya saja, kerumunan masih tampak masih ada di areal luar yang menghubungkan ketiga blok tersebut. Di dalam Blok A, terlihat pengunjung tak lagi seramai kemarin. Pengunjung tampak disiplin menggunakan masker dan menjaga jarak meski tak sampai satu meter. Tapi, setidaknya tidak berdesak-desakan seperti kondisi pada Sabtu dan Ahad pagi.
Sedangkan di Blok B, pengunjung lebih ramai dibanding Blok A. Terutama ketika berada di bagian hall Blok B. Meski ramai, tapi pengunjung tak sampai berdesak-desakan.
Di hall itu tampak sebuah posko pengawas protokol Covid-19 berdiri. Empat personel TNI memantau dari posko. Di tengah hall tampak seorang petugas keamanan menggunakan pengeras suara mengimbau pengunjung untuk patuh protokol kesehatan.
Adapun di Blok F, kondisinya tak jauh berbeda dengan Blok A. Jumlah pengunjungnya berkurang drastis dibanding kemarin. Tak ada kerumunan pengunjung di sana.
Kerumunan hanya tampak di bagian luar tiga blok itu. Tepatnya di antara area depan pintu barat Blok A, pintu barat Blok B, dan pintu Timur Blok F. Areal memanjang itu adalah titik pertemuan.
Di area tersebut tampak sejumlah pedagang berjualan. Sedangkan pengunjung terus berlalu lalang dan sebagian belanja dengan saling berdesakan.
Beranjak ke arah Stasiun Tanah Abang, kondisinya bisa dikatakan tanpa kerumunan. Di Skybridge Tanah Abang, jembatan penghubung area pasar dan stasiun, yang bisanya penuh sesak, kini tampak sepi. Para pedagang di sana pun tampak duduk santai karena begitu sepi pembeli.
"Sepi kayak gini sudah sejak pagi. Ya ada orang lewat dikit, cuma satu atau dua. Omzet saya turun parah dibanding kemarin," kata Puput (22 tahun), pedagang pakaian di Skybridge kepada Republika.co.id, Senin.
Pada Sabtu, Puput mengaku omzetnya mencapai Rp 2,7 juta. Pada Ahad ketika petugas gabungan sudah mulai dikerahkan untuk mengurai kerumunan, omzetnya turun jadi Rp 1,5 juta. Adapun hari ini, omzetnya hanya Rp 700 ribu.
"Sepi lah pokoknya," ucapnya.
Bagi Puput, pembatasan yang dilakukan pemerintah terlalu berlebihan. Ia setuju kerumunan harus dihentikan, tapi tidak dengan membuat pasar menjadi sepi seperti sekarang.
"Iya dibatasi enggak apa-apa, tapi nggak kayak gini juga kali. Ini tuh udah parah banget. Ini kondisi penjualan udah sama kayak sebelum puasa," kata Puput.
Adapun di Stasiun Tanah Abang kondisinya lebih sepi. Sebab, stasiun tersebut tak beroperasi tiap pukul 15.00 WIB - 19.00 WIB untuk mencegah penumpukan penumpang.
Beberapa menit jelang pukul 15.00 WIB, tampak sejumlah orang berlarian mengejar kereta. Sekitar pukul 15.10 WIB, areal stasiun itu sudah steril dari calon penumpang. Di dekat peron kereta, hanya tampak dua atau tiga petugas stasiun. Sedangkan di pintu masuk, tampak dua petugas stasiun menjaga pintu yang sudah dikunci.
"Saya mau naik KRL ke Depok. Ternyata tutup. Saya disuruh petugas itu untuk naik angkot saya ke Stasiun Karet," kata Rahmi (45), usai ditolak masuk oleh petugas keamanan stasiun sekitar pukul 15.10 WIB. Ia mengaku tak tahu ada pembatasan operasi KRL di Stasiun Tanah Abang.