REPUBLIKA.CO.ID, SOLO-Jumlah pengangguran di Kota Solo bertambah 10 ribu orang sepanjang 2020 akibat pandemi Covid-19. Sektor pariwisata dan transportasi menjadi sektor paling terdampak pandemi sehingga menyumbang lebih banyak pengangguran dibanding sektor lain.
Pelaksana Tugas Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerperin) Kota Solo, Agus Sutrisno, mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, tingkat pengangguran terbuka di Solo hanya 4,17 persen berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan adanya pandemi, tinglat pengangguran terbuka per Desember 2020 meningkat menjadi 7,6 persen.
"Artinya banyak pekerja yang bekerja di sektor formal maupun informal yang menganggur karena terdampak Covid-19," kata Agus kepada wartawan, Senin (26/4).
Agua menyebut, jumlah pengangguran berdasarkan survei BPS bertambah sebanyak 10.800 orang. Dimana 3.000-an orang merupakan cetakan angkatan kerja baru. Sehingga, total pengangguran di Solo mencapai 22.800-an dari sebelumnya 12 ribu lebih
"Paling banyak sektor pariwisata dan transportasi. Jadi hotel, rumah makan yang kategori nanggung-nanggung. Kalau yang kecil sekali malah tidak terdampak. Tapi yang nanggung-nanggung malah terdampak karena tenaga dan pemasukan tidak imbang," imbuhnya.
Agus menambahkan, dengan penambahan jumlah pengangguran tersebut, Disnakerperin berupaya memberikan sejumlah pelatihan kepada tenaga kerja yang terdampak pandemi Covid-19 tersebut. Pelatihan baru digelar tahun ini lantaran pada 2020 sebagian besar anggaran dialihkan untuk penanganan Covid-19. Pelatihan yang sudah digelar antara lain, pelatihan kuliner, pelatihan terapis dan pelatihan e-commerce.
"Mereka kami didik untuk bisa menambah keterampilan baru, harapannya menjadi wirausaha bukan menjadi pekerja. Yang paling banyak bidang kuliner," terangnya.
Di samping itu, Disnakerperin bakal menggelar pelatihan barista jamu sesuai dengan ide dari Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Pelatihan barista jamu akan dilaksanakan setelah Lebaran lantaran perlu mencicipi jamu."Syarat mengikuti pelatihan harus ber-KTP Solo dan usia tidak lebih dari 30 tahun," ucap Agus.
Agus optimistis dengan berbagai upaya tersebut dapat mengurangi tingkat pengangguran di Solo. Sebab, dibandingkan Jawa Tengah dan Nasional, pertumbuhan ekonomi Solo lebih baik. Saat pertumbuhan ekonomi nasional minus 2,07 persen, Jawa Tengah minus 2,67 persen, Solo hanya minus 1,72 persen.
"Karena Solo bisa langsung adaptasi dan mitigasi. Solo banyak main di sektor e-commerce. Jauh-jauh hari kami sudah launching program nontunai. Dan kami mengembangkan sektor industri kreatif, itu yang paling banyak bertahan," katanya.