REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhadjir Effendy, eks mendikbud yang kini menjabat sebagai menteri koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengaku tidak tahu menahu soal proyek penulisan Kamus Sejarah Nasional yang menghebohkan itu. Kamus Sejarah yang berisikan nama nama tokoh nasional dan peristiwa nasional itu ketahuan tidak memasukkan nama Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari, tokoh bangsa, pejuang, yang juga pendiri PBNU.
Namun Muhadjir menekankan, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ary adalah seorang tokoh fenomenal. Dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat, Muhadjir mengatakan sosok KH Hasyim Asy’ari sebagai tokoh dan pahlawan yang sangat fenomenal pada masanya. Oleh sebab itu Kemendikbud membangun satu museum khusus yang didedikasikan kepada KH Hasyim Asy’ari. Museum itu dibangun di Kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. “Namanya Museum Islam Nusantara KH Hasyim Asy’ari,” kata Muhadjir.
Ia berkisah, pembangunan museum itu sempat tersendat dan terhenti. Kemudian atas izin keluarga besar Ponpes Tebuireng diwakili oleh Gus Salahudin Wahid, dan juga atas persetujuan Presiden Joko Widodo, pembangunan museum dilanjutkan hingga tuntas. Pada 12 Desember 2018, Museum Islam Nusantara KH Hasyim Asy’ari pun diresmikan oleh Presiden Jokowi.
Selain itu, kata Muhadjir, untuk menghormati beliau juga, pada periodenya menjadi menteri, Kemendikbud menerbitkan buku biografi Hadrotusy Syeikh KH Hasyim Asy’ari, dalam rangka memperingati 109 tahun Kebangkitan Nasional. Tim penyusunnya dipimpin oleh sejarawan NU, KH Agus Sunyoto.
Buku digital Kamus Sejarah Nasional menjadi heboh lantaran tim penyusunnya tidak memasukkan KH Hasyim Asy’ari. Buku ini sendiri disusun pada 2017, dan disebutkan penyusunannya belum tuntas, walaupun kemudian tetap mendapatkan International Standard Book Number (ISBN) dan bisa diunduh di laman rumah belajar Kemendikbud. Adalah PBNU yang menemukan fakta tersebut dan menjadikannya sorotan sepanjang awal pekan ini. Mendikbud Nadiem Makarim kemarin bersilaturahim ke PBNU dan menemui Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, kemudian bersilaturahim dengan putri Gus Dur, Yenny Wahid, selaku keturunan Hadratus Syaikh.
Baca juga : UAS Jelaskan Empat Syarat Muslim Masuk Surga
Dalam pernyataan resminya beberapa hari lalu, Kemendikbud akhirnya resmi menarik kamus tersebut dari laman rumah belajar Kemendikbud. Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menjelaskan, kamus tersebut disusun pada 2017. Ia menyebut penyusunan kamus itu belum tuntas dan semestinya dilanjutkan. Namun tahun anggaran berikutnya tidak dilanjutkan. Pada 2019, Kemendikbud membangun website rumah belajar kemendikbud sebagai portal belajar online. Kemendikbud berinisiatif memasukkan seluruh buku digital yang pernah disusunnya ke dalam portal tersebut, termasuk kamus itu.
Hilmar mengatakan, penarikan buku ini dilakukan karena pihaknya ingin memastikan permasalahan kekurangan yang ada di buku sejarah bisa diselesaikan. "Kita tidak mau sama sekali ada problem seperti ini," kata Hilmar, dalam telekonferensi, Selasa (20/4).
Hilmar menegaskan pihaknya tidak sengaja menghilangkan dan mengunggah naskah yang belum selesai. Narasi yang beredar bahwa Kemendikbud menghilangkan tokoh sejarah menurut Hilmar sama sekali tidak benar.
Hilmar mengatakan pihaknya sedang menyusun versi final dari kamus ini. Kemendikbud juga akan melibatkan pemangku kepentingan terkait termasuk dari organisasi besar seperti NU dan Muhammadiyah. "Untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan. Jadi ini benar-benar niatnya untuk mengoreksi kesalahan. Jadi kalau dia beredar tentu semua dari tokoh-tokoh penting dari pahlawan nasional akan masuk ke sana, berharap dalam tahun ini bisa diselesaikan penyempurnaannya," kata dia lagi.