Kamis 22 Apr 2021 17:16 WIB

Beban Kerja Perawat di ICU Pasien Covid-19 Masih Tinggi

Perawat diimbau terus menjaga kesehatan tubuhnya sendiri.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham Tirta
Tenaga kesehatan bersiap melakukan perawatan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Jumat (22/1).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tenaga kesehatan bersiap melakukan perawatan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Jumat (22/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengakui, kasus aktif Covid-19 di Tanah Air mengurangi keterisian pasien di rumah sakit dan mengurangi beban kerja. Namun, beban kerja perawat menangani pasien Covid-19 di ruang ICU tak berkurang banyak dan masih tinggi.

Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhillah mengakui, beban kerja perawat di ruang isolasi, di ruang rawat biasa di rumah sakit lapangan atau rumah sakit darurat itu pada umumnya cenderung berkurang.

"Tetapi, beban kerja perawat di ruang ICU RS menangani Covid-19 masih banyak atau tinggi, artinya penurunannya sangat sedikit. Mungkin banyak kasus yang berat," katanya, Kamis (22/4).

Kendati demikian, PPNI mengaku belum menerima laporan tenaga kesehatan (nakes) perawat yang kelelahan. Pihaknya juga belum menerima laporan kekurangan tenaga perawat karena tren pasien berkurang. 

Harif menambahkan, jika nantinya ada keluhan masalah ini, tidak semua perawat bisa menggantikan perawat di ICU karena harus memiliki sertifikasi, kualifikasi.

"Artinya tidak sembarangan perawat bisa ada di ICU karena harus ada keahlian-keahlian," ujarnya.

Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah bekerja sama untuk memberikan pelatihan kepada perawat di 10 provinsi prioritas yang jadi episentrum kasus diantaranya, yaitu pulau Jawa, Bali, Aceh, Sulawesi Selatan memberikan pelatihan perawat ICU. Ia mengakui pelatihan tambahan perawat ini cukup membantu.

Terkait jumlah perawat yang memberi pelayanan Covid-19, Harif mengakui PPNI belum mencatat perawat yang menangani Covid-19 karena jumlahnya sangat dinamis seiring dengan pertambahan kasus. "Kami tidak memiliki angkanya. Semakin banyak mobilisasi dan kasus, maka bisa semakin banyak ditangani perawat," katanya.

Selain itu, seringkali pencatatan jumlah perawat bergantung pada setiap institusi. Bahkan, seringkali perawat bukan yang merawat pasien Covid-19 ditarik menangani pasien virus ini. Di satu sisi ia mengingatkan angka penurunan kasus Covid-19 di Indonesia belum tentu menjadi sebuah indikator selesainya pandemi.

Ia menyontohkan India yang kasusnya sempat turun tetapi sekarang melonjak naik, bahkan sampai harus menerapkan lockdown. Bahkan, dia melanjutkan, hampir semua negara di Asia menunjukkan peningkatan kasus.

Harif mengingatkan penurunan kasus di Indonesia jangan jadi sebuah euforia dan harus waspada gelombang kedua. Jika kasus kembali meningkat, ia mengakui meski hampir seluruh perawat telah divaksin, mereka bisa tetap tertular virus ini.

Faktor perawat yang terinfeksi karena ketidakseimbangan tiga hal, yaitu pertama faktor banyaknya virus atau daya serang atau virulensi, kedua daya tahan tubuh manusia makanya vaksin jadi penting, dan ketiga lingkungan yang buruk termasuk rumah sakit punya kerentanan lebih tinggi.

"Kalau tiga faktor ini tidak seimbang, maka menjadi lebih mudah virus masuk kedalam tubuh," katanya. Karena itu, ia meminta perawat menjaga kesehatan tubuhnya sendiri. Menurutnya, ini menjadi hal yang penting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement