Kamis 22 Apr 2021 15:13 WIB

Hati-Hati Menulis Sejarah, Bisa Bikin Kabur Riwayat Bangsa

Hilangnya aktor-aktor penting dalam sejarah Indonesia akibat adanya kecerobohan.

KH Hasyim As
Foto:

Belajar sejarah merupakan hal yang sangat penting bagi generasi muda saat ini, guna mengambil pelajaran dari setiap peristiwa dan para tokoh yang mengisi setiap perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Melalui sejarah dapat menjadi wahana pembentukan jati diri dan karakter bangsa atau nation and character building.

Mempelajari sejarah dari para tokoh pendiri bangsa ataupun tokoh perjuangan dapat merawat dan melestarikan kesadaran kolektif bangsa Indonesia. Karenanya, belajar sejarah dari orang-orang yang berjasa besar dapat memperkuat jiwa nasionalisme yang berperan penting bagi eksistensi dan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

Para tokoh bangsa Indonesia yang memiliki gagasan dan pemikiran yang cemerlang guna membangun kemajuan peradaban bangsa Indonesia, tentunya hal tersebut harus diwariskan kepada generasi-generasi saat ini dan masa yang akan datang. Gagasan dan pemikiran serta jasa-jasa para tokoh nasional dalam membangun kemajuan bangsa tidak boleh dihilangkan atau dihapuskan oleh siapa pun.

Sebaliknya gagasan dan pemikiran para tokoh tersebut harus menjadi hikmah dan pelajaran yang diaktualisasikan dalam konteks kekinian, sehingga nilai-nilai, jiwa, dan semangatnya tetap terus berkobar dalam api sejarah bangsa Indonesia. Untuk itu, adanya kealpaan yang dilakukan Kemendikbud dalam menerbitkan buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I ini, merupakan hal yang kontraproduktif dari upaya pembentukan karakter bangsa.

Ke depan, selain menarik buku tersebut dari peredaran, Kemendikbud pun harus melakukan upaya revisi kembali muatan materi buku tersebut. Sisir kembali seluruh muatan konten buku yang jauh dari konteks sejarah bangsa Indonesia. Sebaliknya munculkan tokoh-tokoh yang memiliki kontribusi dan jasa yang luar biasa bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Perbaikan terhadap isi buku pun harus dilakukan secara transparan, akuntabel, dan partisipatif dengan melibatkan berbagai pihak seperti akademisi, guru, dosen, para pakar, para tokoh masyarakat, dan tentunya para sejarawan. Pendekatan-pendekatan partisipatif ini sangat penting, agar publik dapat memberikan input, kritikan, dan saran, serta saling mengoreksi terhadap muatan materi buku.

Kemendikbud pun jangan terjebak dengan pendekatan teknis birokratis dalam penyusunan buku tersebut. Setelah melalui masukan berbagai pihak, uji publik, dan evaluasi baik secara muatan konten buku maupun secara teknik kepenulisan buku, barulah buku tersebut dapat diterbitkan secara resmi dan disebarkan ke seluruh khalayak masyarakat.

Melalui berbagai upaya tersebut dapat menunjukkan adanya kehati-hatian dalam merumuskan sejarah bangsa Indonesia. Upaya tersebut pun dapat menjadi bentuk komitmen dan kesungguhan dari berbagai pihak, khususnya Kemendikbud dalam upaya penghormatan atas nilai-nilai sejarah dan jasa-jasa dari para tokoh bangsa Indonesia. Hilangnya aktor-aktor penting dalam sejarah bangsa Indonesia akibat adanya kecerobohan, tidak boleh terjadi lagi.

Kita harus ingat nasihat Bung Karno bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya. Semoga ke depan Kemendikbud lebih hati-hati dalam menulis sejarah bangsa, tidak yang menuai kritik akibat adanya ketidakhati-hatian dari pemangku kebijakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement