REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB University Hariadi Kartodiharjo menegaskan pentingnya net-zero emission atau netralitas karbon dapat dicapai secepatnya. Sebab, saat ini daya dukung lingkungan semakin lemah.
"Saya berpendapat bahwa apabila ada suatu rencana bahwa net-zero emission dicapai, katakanlah, 50 tahun lagi dari sekarang ini justru bisa menghadirkan berbagai risiko dari net-zero emission itu sendiri," kata Hariadi dalam diskusi virtual membahas ambisi net-zero emissions Indonesia, Jakarta pada Rabu (21/4).
Dia melihat meningkatnya frekuensi bencana di Indonesia yang mengancam ketahanan pangan dan pasokan air bersih. Hal ini secara keseluruhan bisa disimpulkan daya dukung dan tampung lingkungan sudah semakin menurun.
Hariadi mengatakan jika masih terdapat sikap toleran terhadap perusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam dalam konteks ekstraktif maka terdapat kemungkinan kondisi itu tidak bisa dipulihkan kembali. "Dan itu perlu kesegeraan untuk memastikan ini tidak terjadi," tambahnya.
Implikasinya, kata Hariadi, perlu ketegasan terkait usaha ekstraktif seperti batu bara yang memerlukan rencana aksi sendiri untuk mengurangi penggunaannya. Secara bersamaan, harus dibarengi dengan langkah menuju energi alternatif yang berkelanjutan.
Dia juga menyoroti masih belum sempurnanya tata kelola untuk melakukan langkah tersebut dengan adanya ketimpangan dalam pengawasan dari izin-izin yang telah dikeluarkan.
Di diskusi yang sama, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nur Hidayati mengatakan perlu ada target yang lebih ambisius terkait penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia dan pelibatan yang lebih luas terhadap semua komponen masyarakat. "Jadi memberikan peluang kepada aktor non-pemerintah untuk juga ikut berperan serta dalam komitmen negara kita ini," kata Nur Hidayati.