Senin 19 Apr 2021 08:52 WIB

Lonjakan Kasus dan Krisis Oksigen yang Mengancam India

India deteksi 2,5 kali lipat kasus positif Covid-19 dibanding puncak gelombang lalu.

Pemandangan di sekitar Taj Mahal Palace Hotel di Mumbai, India, yang sepi. Biasanya kawasan turis ini selalu padat. Lonjakan kasus Covid-19 di India mengakibatkan sejumlah kawasan memberlakukan jam keluar, bahkan lockdown.
Foto: EPA-EFE/DIVYAKANT SOLANKI
Pemandangan di sekitar Taj Mahal Palace Hotel di Mumbai, India, yang sepi. Biasanya kawasan turis ini selalu padat. Lonjakan kasus Covid-19 di India mengakibatkan sejumlah kawasan memberlakukan jam keluar, bahkan lockdown.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Adysha Citra Ramadani, Sapto Andika Candra

Lonjakan kasus Covid-19 di India menjadi perhatian dunia. Pada Ahad (18/4), India melaporkan 261.500 kasus baru dalam 24 jam terakhir.

Baca Juga

Kenaikan kasus positif yang sangat signifikan membuat sejumlah provinsi di India melaporkan ketidakmampuan merawat pasien Covid-19. Terutama, ketidakmampuan memberikan bantuan oksigen bagi pasien Covid-19.

Salah satu daerah yang kesulitan oksigen adalah New Delhi. Chief Minister Delhi, Arvind Kejriwal, mengatakan Delhi mengalami kekurangan oksigen yang akut.

"Delhi sangat membutuhkan pasokan normal. Ketimbang meningkatkan suplai, suplai normal kami sudah sangat berkurang. Kuota oksigen Delhi dialihkan untuk negara bagian lain," katanya lewat akun Twitter-nya, dikutip dari Indian Express, Senin (19/4).

Kejriwal mencicit, oksigen sudah menjadi benda darurat di Delhi. Cicitan Kejriwal diberi latar kondisi di beberapa daerah, seperti Maharashtra, Madhya Pradesh, dan Uttar Pradesh yang juga berlomba untuk mencari oksigen.

Ia pun sudah menulis surat ke PM Modi meminta bantuan bagi Delhi. Surat tersebut menyatakan, situasi Covid-19 di Delhi sangat serius. "Terjadi kekurangan tempat tidur dan oksigen. Kami butuh bantuan. Kami juga mengalami kekurangan pasokan oksigen yang ekstrem. Itu seharusnya diberikan ke kami secepatnya."

Kurang dari 10 hari setelah India mengatakan tidak terdapat kekurangan oksigen, bahkan saat rumah sakit di sejumlah daerah yang mengibarkan bendera merah dan menyatakan stok oksigen rendah hingga tingginya kematian pasien Covid-19, perintah pemesanan oksigen keluar dalam 24 jam. Perintah tersebut untuk memastikan tidak ada gangguan dalam silinder oksigen di seluruh daerah, termasuk meminta industri dan distributor melayani rumah sakit di seluruh India.

Baca juga : Mutasi Ganda Varian Baru Covid-19 India, Seberapa Kuat?

Perintah tersebut ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri Ajay Bhalla, dilansir dari India Times, keluar beberapa jam setelah PM Modi diberi tahu tentang usaha pusat meningkatkan produksi dan pasokan tabung oksigen. Keluhan kekurangan oksigen tidak hanya disuarakan Delhi. Daerah dengan dampak parah, seperti Maharashtra dan Madhya Pradesh, juga mengeluh kekurangan oksigen. Akibatnya, rumah sakit menolak merawat pasien yang keluarganya tidak mau menandatangani klausul tidak akan menuntut rumah sakit secara hukum bila terjadi kekurangan oksigen.

Sebanyak 17 ribu ton oksigen sudah dialihkan dari negara-negara yang surplus oksigen ke 12 daerah yang paling membutuhkan. Masalahnya, di daerah terpencil, yang juga mengalami kenaikan kasus Covid-19, tapi tidak memiliki tempat penyimpanan oksigen yang besar. Di klinik yang relatif kecil, pasokan oksigen juga terganggu. Karena, klinik tersebut mengandalkan pasokan tabungan oksigen harian.

Saat ini, India sudah mendeteksi lebih dari 2,5 kali lipat kasus positif Covid-19 dibanding saat puncak gelombang pertama pada September. Kenaikan kasus bukan karena kenaikan jumlah pengetesan. Tingkat pengetesan berada pada kisaran angka yang sama seperti September dan Oktober tahun lalu. Tapi, kali ini lebih banyak hasil tes yang keluarnya positif.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa gelombang kedua pandemi Covid-19 di India saat ini didorong oleh varian-varian baru yang lebih menular. Sebagian merupakan varian dari luar negeri dan sebagian lainnya merupakan varian dari India yang telah bermutasi dan menyebar.

"Saya percaya kita menjumpai sebuah mutasi yang lebih kuat. Banyak pasien yang menunjukkan hasil negatif terhadap virus, tetapi secara klinis mereka positif Covid-19, kotak pandora dalam bencana ini terbuka sekarang," ujar Direktur Medis Dharamveer Solanki Hospital Dr Pankaj Solanki, seperti dilansir Telegraph.

Dr Solanki mengatakan, kondisi para pasien di India saat ini memburuk dengan cepat. Ada lebih banyak pasien yang kini mengalami badai sitokin. Selain itu, gejala yang dialami pasien-pasien berusia lebih muda juga menjadi lebih sulit untuk dikelola.

Baca juga : Ini Kalimat yang Diucapkan Ustadz Zaky Mirza Sebelum Pingsan

Sisi barat dari negara bagian Maharashtra merupakan wilayah yang mengalami gelombang kedua pandemi Covid-19 terburuk di India. Sekitar 61 persen dari kasus yang ditemukan pada Januari-Maret di area tersebut disebabkan oleh strain B.1.617 atau dikenal sebagai double mutant. Varian ini juga menjadi penyebab lebih dari 70 kasus Covid-19 di Inggris.

Varian B.1.617 membawa dua mutasi spesifik yang menjadi perhatian, yaitu E484Q dan L452R. Ahli virologi meyakini kedua mutasi tersebut lebih menular dan dapat menyebabkan reinfeksi. Mutasi serupa juga menjadi dalang di balik lonjakan kasus Covid-19 di Brasil dan banyak wilayah di Amerika Selatan dalam beberapa bulan ke belakang.

Seperti di banyak negara lain, ahli virologi Dr Shahid Jameel mengatakan kapasitas India untuk melakukan sekuensi terhadap strain baru ini masih terbatas. Ahli lainnya, Dr Ramanan Laxminarayan, menambahkan bahwa India saat ini belum menemukan hubungan antara sekuens-sekuens yang ada dengan epidemiologi dari Covid-19.

"Tanpa hubungan tersebut, kita tak bisa mengatakan varian mana yang paling mengkhawatirkan di lingkup India," ujar Dr Laxminarayan menjelaskan.

photo
Varian Virus Corona B117 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement