Senin 12 Apr 2021 18:26 WIB

Konsumsi Pangan Jabodetabek akan Naik Akibat Larangan Mudik

Kenaikan konsumsi pangan Jabodetabek diperkirakan mencapai 50 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi (kedua kiri) melihat cabai saat meninjau harga dan stok bahan pokok di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (7/4). Konsumsi komoditas pangan di sejumlah wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan Bandung Raya akan meningkat.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi (kedua kiri) melihat cabai saat meninjau harga dan stok bahan pokok di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (7/4). Konsumsi komoditas pangan di sejumlah wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan Bandung Raya akan meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan konsumsi komoditas pangan di sejumlah wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan Bandung Raya akan meningkat. Hal ini mengingat karena adanya larangan mudik Lebaran tahun ini.

"Perlu kita siapkan sekarang adalah kebutuhan DKI Jakarta, Jabodetabek, dan Bandung Raya. Ini kalau orang tidak mudik, pasti konsumsinya meningkat," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi dalam dialog virtual 'Ketersediaan Pangan Jelang Ramadhan dan Lebaran', Senin (12/4).

Baca Juga

Agung mengungkapkan terkait adanya larangan mudik ini, konsumsi pangan, khususnya di Jakarta, diprediksi akan mengalami peningkatan. Kenaikannya diperkirakan mencapai 50 persen.

"Kebutuhan pangan yang lain juga akan meningkat sesuai dengan proporsinya. Tertinggi daging sapi kemungkinan akan naik 50 persen. Ayam juga kemungkinan akan naik 10-20 persen. Itu semua juga kami antisipasi," katanya.

Agung menjelaskan selama ini kebutuhan daging sapi sebagian memang masih dipenuhi dengan impor. Hingga Mei mendatang, pasokan daging diperkirakan mencapai 75 ribu ton yang terdiri atas pasokan sapi lokal siap potong sebanyak 18 ribu ton, pemotongan sapi bakalan siap potong sebanyak 12 ribu ton, stok daging cold storage swasta 18 ribu ton, penugasan BUMN sebanyak 7.200 ton, serta rencana impor dari pihak swasta sebanyak 18 ribu ton.

Dengan kebutuhan daging pada Mei mencapai 76 ribu ton, tercatat ada defisit atau kekurangan pasokan sekitar 1.500 ton. Namun, Agung mengatakan perkiraan tersebut dihitung berdasarkan asumsi normal.

Sementara saat ini konsumsi daging masyarakat tengah mengalami penurunan. "Padahal konsumsi daging kita (saat ini) menurun sekitar 30 persen," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement