Senin 12 Apr 2021 16:09 WIB

Apakah Indonesia Juga akan Mencampur Vaksin Sinovac?

Upaya tingkatkan efikasi bisa dilakukan dengan mencampur vaksin dan perpanjang durasi

Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 Sinovac kepada pengemudi ojek daring di Balai Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (5/4/2021).
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Covid-19 Sinovac kepada pengemudi ojek daring di Balai Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (5/4/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Lintar Satria, Dwina Agustin, Antara

Efektivitas vaksin Covid-19 atau kemampuan vaksin menyediakan antibodi bagi tubuh menjadi harapan dunia untuk memerangi pandemi. Vaksin asal China disebut-sebut ternyata memiliki efikasi yang tidak setinggi vaksin-vaksin lain di dunia.

Baca Juga

Usaha untuk meningkatkan efektivitas vaksin, dengan cara mencampur vaksin tersebut sedang dipikirkan untuk dilakukan di China. Sejauh ini memang belum ada kepastian vaksin asal China mana yang perlu dicampur dengan vaksin lain agar bisa meningkatkan efektivitasnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun angkat bicara mengenai kemungkinan China yang mempertimbangkan mencampur vaksin Covid-19 produksinya, termasuk Sinovac, supaya lebih kuat efektivitasnya. Kemenkes memilih menunggu kepastian dari negara setempat mengenai kelanjutan rencana ini. Namun, sejauh ini otoritas Indonesia menilai efikasi vaksin masih baik sehingga mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA).

Juru Bicara vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan, efikasi vaksin Covid-19 Sinovac yang berasal dari China ini telah melalui penilaian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Hasil uji klinis dan penilaian tersebut menunjukkan efikasi Sinovac sekitar 65 persen.

Nadia melanjutkan, uji klinis yang dilakukan di Universitas Padjadjaran bahkan menunjukkan angka imunogenitas, yaitu pembentukan antibodi yang muncul selama uji klinis vaksin tahap 3 adalah 95 hingga 99 persen. "Artinya, angka ini sudah sangat baik untuk respons tubuh kita membentuk antibodi terhadap stimulus yang diberikan oleh vaksin Sinovac," ujarnya saat konferensi virtual Kemenkes, Senin (12/4).

Dia melanjutkan, berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan BPOM maupun Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) dan para ahli bahwa vaksin Sinovac yang saat ini digunakan Indonesia masih cukup efektif untuk menekan laju penularan dan tentunya memberikan perlindungan pada tubuh. "Jadi, kita tunggu saja kelanjutannya," katanya.

Artinya, Kemenkes masih memilih menunggu sikap pemerintah Negeri Tirai Bambu mengenai masalah ini. Kemenkes memilih menunggu karena tidak memiliki data uji klinis tahap tiga vaksin Sinovac.

Nadia menyebutkan, uji klinis vaksin Sinovac dilakukan di Brasil maupun Turki. Sambil menunggu keputusan otoritas China selanjutnya, Nadia meminta masyarakat jangan kehilangan ataupun menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan proteksi vaksin kemudian akhirnya tidak memanfaatkan vaksin yang saat ini ada. "Karena vaksin yang ada adalah vaksin yang terbaik saat ini," katanya.

Pusat pengendalian penyakit China sedang mempertimbangkan mencampur vaksin Covid-19 untuk meningkatkan efektivitas vaksin. Berdasarkan data yang tersedia efektivitas vaksin-vaksin China di belakang vaksin-vaksin lain, seperti vaksin yang dikembangkan Pfizer dan Moderna.

Namun, vaksin-vaksin China lebih mudah disimpan dibandingkan vaksin-vaksin lain. Menurut  Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendilan Penyakit China, Gao Fu, memberikan dosis vaksin yang berbeda salah satu cara meningkatkan efektivitas vaksin yang angka proteksinya tidak terlalu tinggi. "Sedang dipertimbangkan untuk melakukan inokulasi menggunakan vaksin-vaksin yang jalurnya berbeda," kata Gao dalam konferensi pers di Kota Chengdu, Senin (12/4).

Ia tidak mengungkapkan apakah hanya akan mencampur vaksin-vaksin yang dikembangkan China atau vaksin dari negara lain. Gao mengatakan, upaya untuk 'mengoptimalkan' vaksin seperti mengubah jumlah dosis dan jarak pemberian dosis pertama dan kedua menjadi solusi untuk mengatasi masalah efektivitas vaksin.

Berdasarkan makalah yang dirilis peneliti Brasil, uji coba tahap 3 di negara Amerika Latin itu menunjukkan efektivitas vaksin Sinovac hanya 49,1 persen bila dosis pertama dan kedua diberikan kurang dari tiga minggu. Di bawah standar yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang sebesar 50 persen.  

Namun, efektivitasnya naik hingga 62,3 persen bila dosis pertama dan kedua diberikan tiga pekan atau lebih. Efektivitasnya di atas 50 persen. China mengembangkan empat vaksin dalam negeri yang sudah digunakan masyarakat dan vaksin kelima untuk penggunaan darurat.

Pemerintah China mengatakan akan memproduksi 3 miliar dosis vaksin pada akhir tahun ini. Belum ada data dirilis mengenai efektivitas vaksin yang dikembangkan Sinopharm. Berdasarkan data awal dua vaksin yang dikembangkan perusahaan itu sekitar 79,4 persen dan 72,5 persen, dilansir dari Reuters.

"Bagaimana meningkatkan efektivitas perlindungan vaksin merupakan masalah yang perlu dipertimbangkan oleh para ilmuwan global," ujar Gao. Ia menambahkan bahwa mencampurkan vaksin dan menyesuaikan metode imunisasi adalah solusi yang dia usulkan.

Dia juga menolak klaim beberapa laporan media bahwa dia mengatakan vaksin Covid-19 China memiliki tingkat perlindungan yang rendah. Kepada Global Times, Gao mengatakan klaim itu adalah kesalahpahaman total.

Pada Ahad (11/4), pejabat pemerintahan China tidak menanggapi secara langsung pertanyaan tentang komentar Gao atau kemungkinan perubahan dalam rencana resmi. Namun, pejabat Pusat Pengendalian Penyakit China lainnya mengatakan, pengembang sedang mengerjakan vaksin berbasis mRNA.

Para ahli mengatakan mencampurkan vaksin atau imunisasi berurutan dapat meningkatkan efektivitas. Para peneliti di Inggris sedang mempelajari kemungkinan kombinasi Pfizer-BioNTech dan vaksin AstraZeneca yang saat ini sedang menjadi kontroversi akibat laporan pembekuan darah usai menerima suntikan, dilansir dari AP News.

photo
Aturan baru vaksinasi Sinovac dosis kedua. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement