Jumat 09 Apr 2021 16:40 WIB

Mengkhawatirkan Mutasi Virus Corona Eek

Kombinasi B117 dan mutasi Eek bisa timbulkan masalah besar di penularan Covid-19.

Anak-anak bermain di dekat mural tentang corona di Babakan Pasar, Kota Bogor. Masyarakat diminta mewaspadai munculnya mutasi virus Covid-19 E484K atau Eek.
Foto: ARIF FIRMANSYAH/ANTARA
Anak-anak bermain di dekat mural tentang corona di Babakan Pasar, Kota Bogor. Masyarakat diminta mewaspadai munculnya mutasi virus Covid-19 E484K atau Eek.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dessy Suciati Saputri, Haura Hafizhah

Pandemi Covid-19 mungkin berada di tingkat yang terkendali di Tanah Air. Selama beberapa pekan belakangan kasus positif Covid-19 jumlahnya jauh menurun dibanding awal tahun. Tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit juga menurun.

Baca Juga

Tapi, munculnya varian baru virus corona atau mutasi Covid-19 membuat masyarakat tidak boleh lengah. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan mutasi virus corona E484K merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih menular.

"Mutasi E484K ini oleh sebagian pakar disebut mutasi Eek, yang maksudnya sesuatu yang mengkhawatirkan dan merupakan sebuah peringatan. Ini terjadi karena mutasi ini nampaknya berdampak pada respons sistem imun," kata Profesor Tjandra, dalam pernyataannya, dikutip Jumat (9/4).

Eek atau E484K, mutasi baru virus corona pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan (B1351) dan Brasil (B1128), kemudian ditemukan di sejumlah wilayah termasuk Jepang dan bahkan Indonesia. Pejabat kesehatan Jepang menemukan mutasi ini pada sekitar 70 persen pasien Covid-19 atau 10 dari 14 orang yang dites di rumah sakit Tokyo bulan lalu.

Sementara di Indonesia, mutasi ini masuk sekitar bulan Februari lalu. Mutasi Eek memiliki kemampuan untuk menghindari kekebalan alami dari infeksi Covid-19 sebelumnya dan mengurangi perlindungan yang ditawarkan oleh vaksin saat ini.

Dengan kata lain, Eek juga disebut mutasi "melarikan diri" karena mengubah bagian protein spike virus yang diandalkan sistem kekebalan untuk mengenali dan memulai tanggapan kekebalan. Perubahan ini mungkin berarti dapat menghindari respons imun yang dipicu oleh vaksin atau infeksi sebelumnya.

Mutasi E484K mengubah protein spike virus asli sehingga lebih mudah mengikat dan membentuk koneksi yang lebih kuat ke sel inang, membuatnya lebih menular. Tjandra mengungkapkan, varian B117 corona bila ditambah mutasi E484K akan membuat tubuh perlu meningkatkan jumlah antibodi serum untuk dapat mencegah infeksinya.

"Kita sudah sama ketahui varian B117 memang sudah terbukti jauh lebih mudah menular, sehingga kalau bergabung dengan mutasi E484K maka tentu akan menimbulkan masalah cukup besar bagi penularan Covid-19 di masyarakat," tutur dia.

Selain itu, sambung dia, mutasi E484K ini juga tampaknya akan memperpendek masa kerja antibodi netralisasi di dalam tubuh. Dengan kata lain, orang akan jadi lebih mudah terinfeksi ulang sesudah dia sembuh dari sakit Covid-19.

Lebih lanjut, karena pengaruhnya terhadap antibodi maka mungkin akan ada dampaknya pada efikasi vaksin. Tjandra dan pakar kesehatan lain masih akan menunggu hasil penelitian selanjutnya tentang bagaimana dampak terhadap efikasi vaksin. "Perlu diketahui bahwa kalau memang nanti mutasi E484K dan atau mutasi atau varian baru lainnya memang akan membuat vaksin menjadi tidak efektif maka pada pakar dan produsen vaksin akan dapat memodifikasi vaksin yang ada sehingga akan tetap efektif dalam pengendalian Covid-19," tutur Tjandra.

Lalu bagaimana dengan pencegahannya? Tjandra merekomendasikan orang-orang tetap menerapkan protokol kesehatan. Langkah tersebut harus dibarengi dengan petugas kesehatan melakukan penelusuran kontak intensif pada keadaan khusus, kemudian otoritas berwenang mengawasi kedatangan orang dari luar negeri dan meningkatkan jumlah pemeriksaan whole genome sequencing atau pengurutan keseluruhan genom untuk menentukan urutan DNA lengkap.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, juga meminta masyarakat mewaspadai munculnya mutasi virus Covid-19 E484K. "Hendaknya diperhatikan terkait ditemukannya varian Covid-19 bernama E484K yang merupakan mutasi dari varian B117 yang berasal dari Inggris," kata Wiku saat konferensi pers sore ini, Kamis (8/4).

Namun ia meminta masyarakat tidak panik. Upaya pencegahan adalah dengan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Disiplin prokes merupakan pertahanan utama dalam mencegah penularan virus Covid-19.

Wiku mengatakan, pemerintah akan terus meningkatkan pengamatan whole genome sequencing untuk memetakan varian Covid-19 yang masuk ke Indonesia serta memperketat proses screening terhadap WNA dan WNI yang akan masuk ke Indonesia.

Pemerintah diminta mewaspadai mutasi Covid-19 Eek dengan memiliki strategi penanganan virus yang tepat. Bukan tidak mungkin ke depan berbagai macam mutasi virus bermunculan di Indonesia.

"Mencegah mutasi virus-virus baru pemerintah harus punya strategi yang kuat. Membatas orang atau wisatawan dari luar melalui darat, udara maupun laut. Mereka yang dari luar negeri juga harus dikarantina selama 14 hari jangan 5 hari. Hal ini harus dilakukan jika ingin kasus Covid-19 tidak semakin bertambah," katanya saat dihubungi Republika.

Kemudian, ia melanjutkan dengan banyaknya mutasi virus baru, pemerintah harusnya dengan cepat ambil langkah untuk melakukan testing dan penapisan. Jangan sampai menganggap hal ini biasa saja dan memperburuk kondisi kasus Covid-19 di Indonesia.

"Saya sudah berkali-kali ingatkan, kami akan dihadapi oleh mutasi virus-virus yang baru. Mau tidak mau harus siap. Jika lengah kasus Covid-19 akan semakin naik dan banyak yang terancam atas nyawanya. Tolong pemerintah bisa lakukan secara cepat untuk membuat kebijakan atas mutasi baru ini," kata dia.

Mutasi Eek sudah terdeteksi di Indonesia, tepatnya di DKI Jakarta. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengonfirmasi hal tersebut.

"Iya, di wilayah DKI Jakarta," katanya saat dikonfirmasi, Senin (5/4).

Siti Nadia mengatakan, pemeriksaan spesimen E484K dilakukan oleh otoritas terkait di Indonesia sejak Februari 2021. "Tetapi, dilaporkannya (temuan kasus) pada dua atau tiga hari yang lalu di GISAID oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman," katanya saat ditanya kapan E484K ditemukan di Jakarta.

Eijkman adalah lembaga penelitian pemerintah yang bergerak dalam bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran. Lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi. Sementara, GISAID merupakan organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang bank data yang saat ini menjadi acuan untuk data genom virus corona SARS- CoV-2.

photo
Bagaimana virus corona bermutasi? - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement