Peta jalan kerja sama regional jangka panjang antara Iran dan China itu, kata dia, telah ditetapkan pada 2015 melalui sebuah pernyataan. Namun, tidak ada yang menganggap serius kesepakatan penting ini pada saat itu.
Abbas mengatakan, kedua negara telah mengidentifikasi bidang kerja sama di bawah perjanjian tersebut. Menurut dia, selama pertemuan Presiden China Xi Jinping dengan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei, telah ditetapkan arah kerja sama selama 25 tahun ini.
Supreme Leader dalam pertemuan tersebut juga telah menekankan kerja sama bersama terhadap kebijakan agresif AS di kawasan. Abbas menegaskan, sanksi Amerika telah mencapai level maksimum pada 2019. Meskipun demikian, volume perdagangan bilateral Iran-China mencapai 24 miliar dolar AS.
Sang Profesor melanjutkan, pendekatan agresif AS dan sekutunya telah membawa kedua negara lebih dekat dan sebagai akibatnya mereka menandatangani perjanjian strategis.
Setelah penandatanganan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), Iran mengharapkan dimulainya kembali perdagangan dengan Eropa; namun, Republik Islam tidak disambut baik dan mendapat tekanan.
“Oleh karena itu, Iran berpaling ke China dan Rusia karena kebijakan barat standar ganda,” pandangannya. Syed Qandil Abbas menambahkan bahwa sistem ekonomi internasional dikendalikan oleh AS, tetapi proyek BRI China telah sepenuhnya menyabot niat buruk Amerika di Iran.
“Proyek ini bersama dengan Koridor Ekonomi China Pakistan (CPEC) telah membawa investasi di kawasan yang membawa banyak manfaat bagi negara-negara di kawasan tersebut dalam hal energi, industri, dan pertanian,” kata Abbas.
Proyek BRI akan menghubungkan tiga benua besar dan akan meningkatkan pengaruh China di kawasan yang tidak dapat diterima oleh AS dan Barat. Kerja sama ini makin mengubah sistem politik global dengan munculnya aliansi kekuatan baru dari Asia dan Timur Tengah.
Bahkan, Abbas memandang kesepakatan tersebut sangat menguntungkan Iran, China, dan Pakistan.
“Karena ketiga negara tersebut adalah negara tetangga, mereka sekarang akan lebih fokus pada keamanan perbatasan yang akan membawa stabilitas di kawasan itu,” katanya.
Dia mengatakan, kerja sama dengan Iran juga penting bagi China karena Iran adalah kekuatan regional dan memiliki banyak pengaruh di Suriah, Irak, Yaman, dan Bahrain. Iran dapat membantu menyelesaikan masalah energi China.
Abbas mengatakan bahkan Iran dapat mewujudkan tawarannya untuk ekspor listrik 3.000 MW ke Pakistan setelah menandatangani perjanjian dengan China.
Abbas menjelaskan beberapa tahun lalu sebuah perusahaan China telah menunjukkan minatnya untuk menyelesaikan sisa proyek pipa gas Iran-Pakistan di Pakistan sehingga tidak ada yang dapat berharap bahwa proyek ini juga dapat diselesaikan.