REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Pendidikan DKI Jakarta menyatakan uji coba kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di Jakarta pada Rabu (7/4) melibatkan 85 sekolah. Jumlah itu didapat dari 100 sekolah yang dinominasikan.
"Untuk 100 sekolah yang dinominasikan, setelah mengikuti pelatihan selama dua pekan ada 14 sekolah yang gagal namun satu lagi mundur. Sehingga total ada 15 sekolah jadi total dari 100 ada 85 yang diteruskan untuk pembelajaran tatap muka," kata Kasubag Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taga Radja Gah saat dihubungi di Jakarta, Selasa (6/4).
Taga mengatakan ada berbagai faktor penyebab kegagalan pihak sekolah dalam seleksi untuk mengikuti uji coba sekolah tatap muka. Seperti tidak utuhnya peserta latihan dalam mengikuti kegiatan tersebut.
"Misalnya gini, minimal tiga orang satu kepsek dan dua guru dan tiga tiganya harus lulus dalam seleksi. Kalau dua yang lulus atau satu lulus itu gagal," tambahnya.
Yang kedua, lanjut Taga, selain mengikuti selama dua minggu juga mengerjakan modul-modul yang disediakan full daring.
"Modul-modul itu dikerjakan secara utuh tepat waktu kalau tidak dilakukan maka tidak lulus sekolah piloting," tuturnya.
Selain sekolah yang tidak lulus seleksi, ada juga sekolah yang mengundurkan diri. Taga menyebut sekolah yang mengundurkan diri tersebut karena merasa tak ada persiapan matang dalam mengikuti seleksi atau karena ada hal lainnya.
"Karena tidak ada persiapan, Distik tidak memaksakan karena lebih mengedepankan masalah kesehatan, keselamatan anak didik lebih utama," ucap Taga.
Taga menyebut, pihaknya enggan menggantikan 15 sekolah yang akhirnya tidak mengikuti uji coba sekolah tatap muka itu, namun dia mengharapkan dengan jumlah yang ada itu diharapkan uji coba pembelajaran tatap muka lebih maksimal.
"Tidak, sementara kita fokus yang 85 agar 85 sekolah yang lolos dipantau secara optimal oleh Disdik dan pengawas. Sehingga apa apa yang diinginkan pemerintah tercapai dengan baik," tuturnya.