REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (Pemprov Sumsel) kesulitan dalam mengejar target konsumsi ikan secara nasional 60 kilogram per kapita per tahun, meski produksi ikan cukup besar di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumsel, Widada Krisna, mengatakan, saat ini tingkat konsumsi ikan di Sumsel baru 44 kilogram per kapita per tahun, karena kurangnya konsumsi ikan utuh. Hal itu dibarengi kecenderungan masyarakat lebih memilih ikan hasil olahan, seperti pempek, model, dan tekwan.
"Konsumsi pempek inilah yang justru menopang angka konsumsi ikan di Sumsel, makanya di Sumsel baru Kota Palembang yang mampu mencapai target nasional," ujar Widada di Kota Palembang, Sumsel, Sabtu (3/4).
Menurut dia, produksi ikan di Sumsel saat ini mencapai 60.700 ton per tahun mencakupi ikan tangkapan laut, ikan perairan umum, dan ikan budidaya. Angka itu dinilai sudah mencukupi kebutuhan. Sayangnya, ikan yang dikonsumsi cenderung dibuat menjadi makanan olahan yang dicampur dengan bahan-bahan tertentu.
Akibatnya tingkat kandungan ikan menjadi kecil meskipun tingkat konsumsi makanan olahan itu tinggi. Kondisi tersebut jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia wilayah timur yang banyak mengkonsumsi ikan utuh. Sehingga bisa melampaui target nasional. Widada menyebut, perlu membedakan standar konsumsi ikan antar wilayah di Indonesia.
Ketua Forum Kepala Dinas Perikanan se-Indonesia tersebut mengusulkan revisi target konsumsi ikan nasional, dengan menyesuaikan kondisi daerah masing-masing. Hal itu karena dinilai terlalu tinggi untuk wilayah Indonesia wilayah barat termasuk Sumsel. "Tahun ini kami rakornas di Bandung, target itu akan dikoreksi lagi untuk menemukan standar tepat terkait angka konsumsi ikan," kata Widada.