REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tujuh dari 10 rumah tangga Indonesia diklaim mengonsumsi air minum yang terkontamiasi .coli. Temuan ini merupakan hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga di Indonesia. Studi tersebut dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.
Kepala Puslibtang UKS Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy mengatakan, studi yang dilakukan pada 2020 ini memperlihatkan, 31 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi air isi ulang, 15,9 persen dari sumur gali terlindungi dan 14,1 persen dari sumur bor/pompa.
“SKAMRT 2020 juga memperlihatkan bahwa akses air minum layak mencapai 93 persen di mana 97 persen ada di perkotaan dan 87 persen di pedesaan. Sedangkan akses air minum aman hanya 11,9 persen di mana 15 persen di perkotaan dan 8 persen di pedesaan. Akses air minum layak dan aman ini merupakan dua indikator yang berbeda,” jelas Doddy dalam diskusi virtual yang digelar Katadata, Kamis (1/4).
Pelaksanaan Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) merupakan bentuk dukungan Kementerian Kesehatan untuk komitmen Indonesia untuk mencapai SDGs tujuan 6 dan RPJMN tahun 2030.
Doddy menambahkan, target penyediaan air minum berdasarkan RPJMN 2020-2024 dan SDG 2030 yaitu 100% akses air minum layak dan 15% akses air minum aman dan 2030 harus mencapai air minum aman adalah 45%.
Dalam rangka tindaklanjut pelaksanaan, jajarannya akan melakukan pengawalan hingga seluruh kabupaten kota. Tujuannya agar dapat melaksanakan pemantauan kualitas air yang aman dikonsumsi.
"Penguatan survailans kualitas air minum di Rumah Tangga kita menargetkan sampai dengan Tahun 2024 kami harapkan 50% Kabupaten/Kota telah siap untuk melaksanakan secara mandiri sebagai bagian dari kinerja pengawasan kualitas air minum sampai dengan pengelolaan hilir dalam hal ini adalah Rumah Tangga. Sehingga pada Tahun 2024 ditarget kan adalah 15 % air minum aman dapat kita lampaui,” kata dia.
Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang mengatakan, akses air minum yang aman merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi. Ia mengungkapkan, pemenuhan kualitas air minum yang tidak aman sangat berkorelasi dengan tingginya kejadian penyakit infeksi khususnya, termasuk stunting yang selanjutnya berdampak terhadap kesehatan masyarakat.
“Selaras dengan Tujuan Pembangunan RPJMN 2020 – 2024 dan Sustainable Development Goals (SDGs) target 6.1 pencapaian akses air minum yang aman pada tahun 2030 dan terjangkau untuk semua masyarakat Indonesia harus kita capai,” kata Vensya.
Vensya menambahkan, Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) tahun 2020 merupakan kegiatan Prioritas Nasional sinergi antara Direktorat Kesling dan Badan Litbangkes serta Biro Pusat Statistik yang telah dilaksanakan di 34 provinsi dan 493 Kabupaten/Kota.
Technical Officer, Joint Monitoring Programme (JMP) – WHO, Rick Johnston memuji Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga 2020 yang dilakukan oleh Kementerian Indonesia. Menurut dia, studi yang dilakukan oleh Kemenkes ini merupakan yang terbesar di dunia.
Menurut dia, lazimnya survei yang didukung JMP melibatkan pengujian kualitas air di beberapa ribu rumah tangga. Pihaknya pun baru-baru ini bekerja dengan Nigeria dalam menyurvei terhadap 10 ribu rumah tangga.
"Tetapi SKAM-RT lebih dari dua kali lipat ukurannya, dan dengan lebih dari 20 ribu rumah tangga yang dinilai, saya yakin ini adalah survei kualitas air minum nasional terbesar yang pernah dilakukan, di mana pun. Tim JMP sekarang sedang mempersiapkan laporan kemajuan tahun 2021, yang akan keluar musim panas ini, dan saya ingin memasukkan dalam laporan cerita tentang SKAMRT, yang akan mengarah pada baseline SDG pertama untuk layanan air minum yang dikelola dengan aman di Indonesia,” ujarnya.