REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menegaskan tidak ada satu pun agama yang membenarkan tindak kejahatan terorisme maupun kekerasan. Karena itu, Wapres meminta agar tindakan terorisme tidak dikaitkan dengan agama.
Meskipun tidak dipungkiri hal itu terjadi karena ada pemahaman keagamaan yang salah. Pernyataan itu disampaikan Ma'ruf terkait aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Ahad (28/3) kemarin.
"Tidak ada agama yang memberikan toleransi terjadinya terorisme, kekerasan, apalagi sampai membunuh orang lain bahkan membunuh dirinya sendiri. Karena itu, seluruh tokoh agama mengutuk perbuatan itu," kata Ma'ruf saat melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Tengah, Selasa (30/3).
Karenanya, Wapres berharap masyarakat tidak terprovokasi dengan pemahaman-pemahaman yang salah. Menurutnya, tidak benar jika menyelesaikan ketidakadilan dengan cara kekerasan dan radikalisme.
Baca Juga: BREAKING: Kemenkumham Tolak Demokrat Hasil KLB
Pemerintah kata Ma'ruf, juga terus melakukan berbagai upaya dalam menangkal terorisme dengan kontra radikalisme. "Ini terus kita berikan penjelasan, bahayanya dan kita akan mengeliminasi, kemudian juga bagi mereka yang sudah terprovokasi, kita melakukan deradikalisasi dan pembinaan," ujarnya.
Kendati begitu, Wapres tak memungkiri, meski upaya telah dilakukan, namun ternyata sel-sel terorisme masih tetap ada. "Karena ternyata sel-sel (radikal) itu masih ada; kadang-kadang dia tidak muncul, tetapi suatu ketika dia tiba-tiba muncul. Maka Pemerintah akan terus melakukan upaya-upaya untuk kontraradikal-terorisme ini," katanya.