Selasa 30 Mar 2021 06:24 WIB

Jubir: Penyelesaian Radikalisme Harus dari Hulu Hingga Hilir

Perlunya penguatan ajaran toleransi di sektor pendidikan melalui kurikulum

Rep: fauziah mursid/ Red: Hiru Muhammad
Anggota polisi mengamati motor yang digunakan terduga pelaku bom bunuh diri sebelum dievakuasi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). Kepolisian telah mengidentifikasi salah satu dari dua terduga pelaku bom bunuh diri yang terjadi pada Minggu (28/3/2021) di depan Gereja Katedral Makassa rberjenis kelamin laki-laki berinisial L sedangkan lainnya masih dalam proses identifikasi.
Foto: . ANTARA/Arnas Padda
Anggota polisi mengamati motor yang digunakan terduga pelaku bom bunuh diri sebelum dievakuasi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). Kepolisian telah mengidentifikasi salah satu dari dua terduga pelaku bom bunuh diri yang terjadi pada Minggu (28/3/2021) di depan Gereja Katedral Makassa rberjenis kelamin laki-laki berinisial L sedangkan lainnya masih dalam proses identifikasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi mengatakan upaya mencegah dan memberantas paham radikalisme yang merupakan akar terorisme harus secara komprehensif dari hulu hingga hilir. Masduki mengatakan, hal ini juga yang selalu ditekankan Wapres Ma'ruf Amin.

"Wapres kan sebagaimana selalu kita dengarkan ya, ini kan terorisme ini kalau bicara radikalisme itu kan ada hulu hilir, nah teroris ini kan hilirnya, hilirnya itu diselesaikan kalau apapun hulunya tidak diselesaikan kan bahaya, makanya penyelesaian di tingkat tengah dan hulu penting," ujar Masduki dalam keterangannya, Senin (29/3).

Menurutnya, penanganan hilir penting, namun  di tingkat hulu dan tengah juga harus menjadi prioritas. Masduki mengatakan penanganan radikalisme sejak dari hulu dapat dimulai melalui pendidikan tentang kemajemukan di Indonesia.

Sejak hulu, kata Masduki, ditanamkan pentingnya sikap toleran antar umat beragama di tengah majemuknya agama, etnis dan ras masyarakat Indonesia. Ia meyakini, dengan pengajaran sejak hulu dapat menyadarkan tentang kemajemukan tanpa harus mengganggu satu sama lain.

"Jadi saling tau tanpa tanpa harus saling menganggu terhadap kehidupan masing masing dan asas masing masing, nah itu yang sebenarnya moderasi beragama itu," kata Masduki.

Selain itu, Masduki menilai perlunya dibenamkan sikap toleran dimulai sejak di bangku sekolah. Sebab, pengajaran sejak dini tentang toleransi bisa mencegah paham radikal berkembang saat seseorang beranjak dewasa.

"Bagaiamana caranya misal di sekolah agar ditanamkan tidak dengan rasa benci melihat agama lain, itu kan salah satu contoh yang enak dikatakan tapi untuk melaksanakan tidak gampang," katanya.

Karena itu Masduki menilai perlunya penguatan ajaran toleransi di sektor pendidikan melalui kurikulum. Sebab, kurikulum menjadi acuan pengajar dalam memberikan pemahaman kepada siswa.

"Itu menyangkut kurikulum, mengangkut pelatihan guru dan seterusnya, guru kan harus dijelaskan gimana mengajarkannya, nah seperti itu. itu yang diharapkan oleh wapres di tingkat hulunya harus digarap serius," kata Masduki.

Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam upaya menangkal radikalisme juga dengan menangani aspek pemahaman terhadap budaya, ekonomi atau kesenjangan ekonomi."Jadi banyak aspek, kalau menurut wapres itu semua harus diperbaiki ke depan," kata Masduki.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement