REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengingatkan bahaya radikalisme di Indonesia dan mengutuk keras aksi terorisme yang terjadi di Gereja Katedral Makassar. Aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (28/3) pagi.
"Terhadap tindak tanduk mereka tak bisa dikompromi. Tindakan tegas dan terukur harus diberikan. Jika dibiarkan, bukan tak mungkin mereka akan merusak tatanan berbangsa dan bernegara," kata Moeldoko dalam keterangannya di Jakarta, Ahad.
Pada hari ini, ia mengatakan, kelompok radikal tersebut melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Moeldoko yang terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam KLB Deli Serdang beberapa waktu lalu itu menyatakan sejak jauh hari mencium bahaya radikalisme yang disebarkan dalam ideologi berbahaya tersebut.
Menurut Moeldoko, bahaya kelompok radikalisme dengan ideologi menyimpangnya telah mulai menyusup ke beberapa lini kehidupan masyarakat, termasuk partai politik. Masuknya ideologi jahat yang dibawa kelompok radikal ke dalam tubuh partai politik, kata dia, membuat arah demokrasi di Indonesia mengalami pergeseran.
"Kekisruhan sudah terjadi, arah demokrasi di Indonesia pun sudah bergeser, termasuk di dalam tubuh partai politik," kata Moeldoko.
Ia mengutarakan bahwa perebutan tampuk kekuasaan pada tahun 2024 membuat terjadinya pertarungan politik yang begitu kental yang dapat dikenali dan tentu saja hal itu dapat menjadi ancaman bagi Indonesia Emas 2045.
"Terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024. Pertarungan ini terstruktur dan gampang dikenali. Ini menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045," kata Moeldoko.
Kecenderungan tarikan ideologis itu juga menurut Moeldoko terlihat dalam kehidupan berpolitik di Tanah Air.