Selasa 16 Mar 2021 16:31 WIB

Stafsus BPIP: Agama Harus Menjadi Inspirasi Batin

Nilai kemanusiaan ini kehilangan rasanya karena menjadi robot

webinar Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Universitas Brawijaya dengan tema
Foto: bpip
webinar Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Universitas Brawijaya dengan tema "Moderasi Beragama Untuk Indonesia yang Maju dan Damai" Selasa (16/03).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Antonius Susetyo mengatakan dalam moderasi beragama, agama menjadi inspirasi batin.

“Dalam moderasi intinya agama menjadi inspirasi batin untuk internalisasi penghayatan nilai ketuhanan," jelasnya saat menjadi narasumber pada webinar Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Universitas Brawijaya dengan tema "Moderasi Beragama Untuk Indonesia yang Maju dan Damai" Selasa (16/03).

Acara yang dihadiri lebih dari 100 orang yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa itu ia menjelaskan seseorang yang mencintai sesama manusia menunjukan kecintaannya kepada Tuhan. "Orang yang mencintai sesama berarti dirinya mencintai Tuhannya.Kita satu dengan yang lain bersaudara," tambahnya.

Menurutnya Indonesia adalah negara majemuk dari berbagai etnis, suku, dan agama dan semuanya hidup berdampingan. "Negara Indonesia menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Sila ketuhanan ini harus menjiwai sila-sila selanjutnya," tegasnya.

Orang yang melakukan kekerasan atau ujaran kebencian maka dirinya tidak menanamkan nilai tersebut. "Semakin orang beriman semakin orang itu Pancasilais," Ujarnya.

Pendiri Setara Institusi ini menjelaskan bangsa ini menghadapi situasi dimana yang dulu damai sekarang orang bermusuhan dan bersikap tegang. Ini karena ada permasalahan manusia diera digital khususnya ujaran kebencian dan SARA. "Nilai kemanusiaan ini kehilangan rasanya karena menjadi robot. Jika permasalahan tersebut terus terjadi maka persatuan akan hilang," jelasnya.

Untuk menjaga Pancasila ini harus dibangun sejak dini.Satu sama lain harus mampu membangun relasi lintas imam dengan menerima perbedaan.Kita harus membangun narasi indahnya persamaan dan persaudaraan dalam membangun mimpi masa depan.

Turut hadir Dosen Agama Islam Universitas Brawijaya Khalid Rahman. Dalam pemaparannya dijelaskan di indonesia adalah contoh luar biasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tetapi tercederai oleh pemahaman agama yang kurang tepat.

"Di era sekarang ini Kita harus membuat wacana penyeimbang dan penyelesaian masalah tersebut," Tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement