Sabtu 27 Mar 2021 02:22 WIB

Toko Kue Maison Weiner: Bertahan Sejak Zaman Belanda

Anies Baswedan sebut kue di Maison Weiner tak sekadar rasa tapi juga bernilai sejarah

Rep: Febryan A/ Red: Bilal Ramadhan
Heru Laksana memperlihatkan mesin pembuat kue tua, yang dibeli neneknya pada 1930-an silam, di Maison Weiner Ceke Shop, Jalan Kramat II Nomor 2, Kwitang, Jakarta Pusat, awal Maret 2021.
Foto: Republika/Febryan. A
Heru Laksana memperlihatkan mesin pembuat kue tua, yang dibeli neneknya pada 1930-an silam, di Maison Weiner Ceke Shop, Jalan Kramat II Nomor 2, Kwitang, Jakarta Pusat, awal Maret 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, Berawal dari saran seorang warga Belanda, kemudian Lee Lian Mey alias Nyonya Gem mendirikan toko kue Maison Weiner pada 1936. Usaha yang dirintis dengan mencicil pembelian alat produksi itu ternyata bertahan hingga kini. Toko kue ini pun jadi salah satu yang tertua di Jakarta.

Adapun kue atau roti yang resepnya masih sama sejak Maison Weiner berdiri di antaranya adalah kue soes, sosisbrood, rum horen, dan marmer cake.

Maison Weiner atau yang kini bernama Maison Weiner Cake Shop itu berlokasi di Jalan Kramat II Nomor 2, Kwitang, Jakarta Pusat. Pengelolanya kini adalah Heru Laksana, cucu dari Nyonya Gem.

Heru bercerita, dahulunya Nyonya Gem bekerja di pabrik roti milik seorang Belanda yang tak diketahui namanya. Warga Belanda itu menyarankan Gem membuka toko kue sendiri karena melihat kepiawaiannya. Namun Gem tak punya modal.

Warga Belanda itu lantas menyarankan Gem untuk membeli mesin pembuat kue dengan cara dicicil di Pasar Gambir, lokasinya kini jadi kawasan Monas. "Tahun 1930-an nenek saya beli mesin di sana. Bisa cicil zaman dulu. Dia mulailah dari situ," kata Heru ditemui Republika di Maison Weiner Cake Shop beberapa waktu lalu.

Bermodalkan sejumlah mesin tersebut, Nyonya Gem menjadikan rumahnya di Jalan Kramat II No 2 sebagai tempat pembuatan kue. Saat hendak menamai usahanya, Gem kembali meminta saran warga Belanda itu. Muncullah nama Meison Weiner.

"Mungkin Weiner itu nama dari si orang Belanda itu. Sebab, di Belanda sama Jerman banyak nama keluarga Weiner. Mungkin dia nama keluarganya Weiner," kata Heru yang sempat berguru membuat kue di Jerman.

Usaha rintisan Nyonya Gem pun mulai berjalan. Semua anggota keluarga jadi andalan untuk membantu proses produksi. Roti maupun kue yang dibuat dipasarkan dengan menitipkan di toko-toko kecil di Batavia, Jakarta saat itu.

Barulah pada awal dekade 80-an Nyonya Gem menjual langsung kue kepada pelanggan di rumahnya. Bagian belakang rumah tetap dijadikan pabrik pembuatan kue, sedangkan pada bagian depan dibuat sebuah toko. Di sana pelanggan bisa membeli beberapa potong kue.

Nyonya Gem meninggal dunia pada 1986. Usahanya dilanjutkan anaknya, yang merupakan bapak dari Heru Laksana. Sedangkan anak Nyonya Gem lainnya memilih untuk membuka usaha sendiri.

Kemudian Heru mulai fokus membantu usaha keluarganya itu sejak awal 80-an. Seiring berjalannya waktu, Heru mulai memimpin lini produksi Meison Weiner. Sebab, Heru memiliki ilmu membuat kue dan roti. Dia mendapat gelar konditor meister schule dari Handwerkskammer Braunschweig, Hamburg, Jerman.

Sejak bapaknya wafat pada 2016 lalu, Heru mulai memimpin Meison Weiner sepenuhnya. Ia turut dibantu adik iparnya untuk mengelola usaha warisan sang nenek. Sedangkan empat saudara Heru memilih untuk membuka usaha sendiri yang kebanyakan tak berhubungan dengan dunia bakery.

"Nenek dulu enggak ada pesan khusus ke anak cucunya. Dia hanya berharap usahanya jalan terus. Apa yang dia rintis, bisa terus berlanjut," ungkap Heru yang kini berusia 67 tahun itu.

Bukan Hanya Rasa

Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan juga sempat mengunjungi toko kue Maison Weiner pada 8 Maret 2021 lalu. Anies mengunggah foto dan tulisan terkait Maison Weiner di akun Instagram resminya. Anies mengatakan, kawasan Senen, Jakarta Pusat merupakan kawasan bersejarah dan memiliki banyak wisata kuliner legendaris, salah satunya Maison Weiner.

“Saya sempatkan mampir ke toko yang hanya sekilo dari Balai Kota di Jalan Kramat II, Kwitang. Kami disambut ibu Siane Gunawan, menantu dari generasi ketiga pemilik Maison Weiner, yang selama 30 tahun ini telah sehari-hari mengelola toko kue ini,” kata Anies.

Anies menyebut, toko ini menyimpan banyak cerita dari masa penjajahan, khususnya masa penjajahan Jepang. Uniknya, lanjut Anies, semua kue dan roti yang dibuat masih menggunakan resep yang sama, bahkan masih memakai oven yang sama sejak awal toko ini berdiri. “Bukan cuma dapat rasanya, tapi juga dapat sejarahnya,” ujar Anies.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement