Kamis 25 Mar 2021 12:10 WIB

Dedi Mulyadi: Bulog Beli tak Bisa, Jual Juga Nggak Bisa

Bulog dinilai membeli gabah petani di bawah harga tengkulak.

Anggota MPR Fraksi Dedi Mulyadi menyampaikan paparan saat mengikuti diskusi empat pilar MPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (25/11/2019).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Anggota MPR Fraksi Dedi Mulyadi menyampaikan paparan saat mengikuti diskusi empat pilar MPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (25/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengkritik kinerja Bulog di bawah kepemimpinan Budi Waseso (Buwas). Menurut Dedi, Bulog gagal melakukan tugasnya menyerap gabah petani maupun menyalurkan beras ke masyarakat.

Dedi menilai Bulog tak memiliki kemampuan menyerap gabah petani sehingga para petani menjual hasil padinya ke tengkulak. Namun, sering kali tengkulak tidak semuanya memiliki modal yang cukup.

"Banyak tengkulak yang baru bisa membayar setelah penjualan. Sehingga, ada titik waktu banyak para petani kecil yang mengalami kekosongan keuangan karena menunggu hasil gabahnya menjadi beras dan laku di pasar," kata Dedi dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Kamis, (25/3).

Dedi menambahkan, daya serap Bulog rendah karena sering membeli beras di bawah harga tengkulak. Politikus Partai Golkar ini mencontohkan, tengkulak membeli gabah dari petani Rp 4.200 per kilogram, sedangkan Bulog hanya Rp 3.800 per kilogram. Hal itu karena memang Bulog memiliki kehati-hatian dalam membeli gabah.

Selain itu, Bulog juga disebut tidak mampu menjual beras. Hal itu bisa dilihat dari masih banyaknya stok lama yang tak bisa keluar.  "Banyak beras lama tak terpakai berarti tak bisa keluar kan sehingga mengalami kerusakan," ujar Dedi.

Padahal, Dedi menambahkan, Bulog tak memiliki gudang dengan tekonologi memadai dalam penyimpanan beras. Akibatnya, beras yang disimpan di gudang tidak bisa bertahan lama sehingga mudah busuk. Selama ini, Bulog menyimpan beras hanya dengan mengganjalkan valet sehingga beras tidak bisa bertahan lama.

Baca juga : DPR Harap Pemerintah Dukung Uji Klinis Vaksin Nusantara

"Jadi, Bulog itu seperti terperangkap. Beli (gabah) nggak bisa, jual (beras) juga nggak bisa. Bahkan, beras sisa impor yang tahun 2018 dan 2019 pun belum terjual. Ini yang menjadi problematika dari sisi pengelolaan," kata Dedi.

Dedi mengatakan, dengan kondisi seperti itu, kinerja Bulog membingungkan. "Beli tak bisa, jual juga nggak bisa. Andaikan bisa beli impor, setelah impor tak bisa jual juga. Seharusnya, Bulog punya peran menyerap gabah petani. Namun, gabah petani tak bisa dibeli juga," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement