Rabu 24 Mar 2021 06:13 WIB

Utang Luar Negeri Naik Lagi, Tembus Rp 6.361 Triliun

Menkeu Sri Mulyani tetap mewaspadai utang luar negeri meski peringkat utang baik

Utang Luar Negeri Indonesia: Peningkatan utang luar negeri
Foto:

Fitch menggarisbawahi tantangan yang dihadapi Indonesia di antaranya ketergantungan terhadap sumber pembiayaan eksternal yang masih tinggi, penerimaan pemerintah yang rendah, serta perkembangan sisi struktural seperti indikator tata kelola dan PDB per kapita yang masih tertinggal dibandingkan negara lain dengan peringkat yang sama.

Fitch memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih bertahap mencapai 5,3 persen pada 2021 dan enam persen pada 2022, setelah terkontraksi 2,1 persen pada 2020 akibat pandemi Covid-19. 

Pemulihan ekonomi tersebut didorong oleh stimulus pemerintah dan ekspor yang juga didukung perbaikan harga komoditas.

Momentum pertumbuhan ekonomi juga akan didukung oleh pembangunan infrastruktur. Pemulihan akan bergantung pada penanganan penyebaran Covid-19 khususnya melalui percepatan vaksinasi.

Dalam jangka menengah, Fitch memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh implementasi Undang Undang Cipta Kerja yang bertujuan untuk menghapus berbagai hambatan investasi. 

Fitch mencatat pembentukan Indonesia Investment Authority sebagai langkah untuk mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun ke depan.

Fitch memperkirakan defisit fiskal akan sedikit menurun menjadi 5,6 persen pada 2021 dari 6,1 persen pada 2020, sejalan dengan target yang ditetapkan pemerintah. Pada 2021, belanja pemerintah tetap difokuskan pada upaya untuk mengurangi dampak krisis kesehatan.

Hal tersebut tercermin pada peningkatan alokasi belanja kesehatan dan bantuan untuk rumah tangga dan sektor usaha menjadi 4,2 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2021 dari 3,8 persen pada 2020. Pemerintah sendiri berkomitmen untuk memenuhi batas atas defisit fiskal 3 persen pada 2023.

Dari sisi penerimaan, Fitch memperkirakan rasio penerimaan pemerintah akan membaik secara gradual menjadi 12,3 persen dan 12,8 persen dari PDB pada 2021 dan 2022 seiring pemulihan ekonomi, setelah mencatat rasio sebesar 12,1 persen pada 2020.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah tetap mewaspadai terhadap berbagai hal yang digarisbawahi oleh Fitch. “Namun kita juga memiliki beberapa area yang perlu yaitu dari sisi ketergantungan terhadap external financing, menjadi catatan,” ujarnya saat konferensi pers APBN KITA secara virtual, Selasa (23/3).

Menurut Sri, peringkat utang yang mampu bertahan tersebut termasuk hal yang membanggakan. Saat ini, beberapa negara justru mengalami penurunan peringkat

“Jadi kalau kita lihat perbandingan di 124 (negara) dan 133, Indonesia masih posisi stabil dan rating-nya tidak di downgrade,” kata Sri.

Ke depan Sri Mulyani berharap peringkat yang diberikan lembaga pemeringkat tersebut dapat memberikan dampak bagi perekonomian Indonesia, sehingga mampu mendorong pemulihan ekonomi terjadi di tahun ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement