Selasa 23 Mar 2021 14:42 WIB

MES dan Paradoks Keuangan Syariah Indonesia

Lahirnya BSI membuka jalan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia di Asia.

Lahirnya Bank Syariah Indonesia membuka jalan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia di Asia.
Foto:

Digitalisasi Perbankan Syariah

Langkah Erick Thohir sebagai Ketua MES dan Menteri BUMN cukup mengejutkan terkait industri keuangan syariah. Ini juga menjadi strategi penting dalam menjawab berbagai paradoks industri keuangan syariah Indonesia.

Megamerger bank syariah milik Himbara menjadi corporate action bersejarah dan terbesar dalam industri keuangan syariah nasional. Lahirnya Bank Syariah Indonesia (BSI) membuka jalan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia di Asia. Indonesia tidak lagi bermimpi memiliki bank syariah besar dengan modal besar dan bisa masuk 10 besar bank syariah terbesar di dunia.

Kejutan lain ketika Erick Thohir memasukkan sejumlah nama ke dalam kepengurusan MES 2021-2024. Ada Robert Hartono, putra pemilik Grup Djarum Budi Hartono, yang kini menjadi pebisnis terdepan digital di Tanah Air.

Erick juga mengajak Pandu Sjahrir, putra ekonom Sjahrir, masuk ke dalam pengurusan. Pandu Sjahrir pun dikenal sebagai pebisnis digital.

Ketua DPR Puan Maharani, sejumlah pengusaha top papan atas seperti M Arsyad Rasyid, banker papan atas, ekonom, hingga Menko Polhukam Mahfud MD juga masuk kepengurusan MES. Digitalisasi menjadi tantangan besar bagi perbankan syariah. Selama ini, Erick dan MES sangat menyadari perbankan syariah nasional masih tertinggal baik dari sisi investasi maupun perluasan layanan digital.

Pengguna internet Indonesia diperkirakan mencapai 202 juta pada 2021 ini. Sebanyak 50-an persen pengguna internet ini adalah Generasi Z dan Generasi Milenial. Internet telah mengubah gaya hidup mereka menjadi technology minded.

Tak heran jika arus penjualan barang dan jasa semakin cepat melalui platform digital. Sepanjang 2020, transaksi digital di Indonesia mencapai 44 miliar dolar AS atau 44 persen dari seluruh transaksi digital di ASEAN.

Angka ini diperkirakan makin meningkat hingga menjadi 124 miliar dolar AS pada 2025. Sebuah jumlah yang tentu saja besar.

Transaksi terbesar dalam proses ekonomi digital berasal dari sektor e-commerce, layanan transportasi, penjualan makan online, media online, dan layanan travel online. Dari data Bank Indonesia, transaksi digital perbankan pada 2020 sudah menyentuh Rp 2.774 triliun atau naik 13,91 persen.

Dalam konteks ini, perbankan syariah harus meningkatkan strategi teknologi digital, karena di saat bersamaan muncul neo bank atau bank digital.

BPS menyebut segmen anak muda Indonesia mencapai 53 persen dari total populasi, yakni milenial 25,8 persen dan gen Z sebesar 27,9 persen. Secara angka, ada target 144 juta penduduk anak muda yang adaptif terhadap teknologi.

Pandangan Brett King pada bukunya berjudul Bank 4.0, Banking Everywhere, Never at a Bank menjadi relevan sehubungan dengan perubahan ini. Ada sisi sadis dan kejam bagi industri perbankan jika tidak beradaptasi dengan perubahan teknologi ini.

Brett King jelas bukan orang yang pertama yang memprediksi hal ini, Bill Gates sudah mengingatkan ini terlebih dahulu pada 1994. Bagi Brett King, penting  bagi sebuah bank memberikan dukungan digital kepada masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhannya di tengah arus digitalisasi, termasuk transformasi layanan dari luring menjadi daring.

Persoalan literasi dan inklusi keuangan syariah bisa diperbaiki dengan digitalisasi layanan dan plarform. Fungsi-fungsi dan layanan perbankan bisa menjangkau lebih luas masyarakat dari yang ada saat ini.

MES bisa menjadi pendorong bekerjanya mesin-mesin keuangan syariah untuk membalikkan paradoks-paradoks ini. Apalagi, empat program yang disampaikan Erick Thohir sebagai Ketua Umum MES seolah menjawab berbagai persoalan mendasar industri keuangan syariah Indonesia.

Keempat program itu meliputi mengembangkan pasar industri halal di dalam dan di luar negeri. Kedua, mengembangkan industri keuangan syariah.

Ketiga, investasi yang bersahabat yang melibatkan pengusaha daerah. Keempat, pengembangan ekonomi syariah di pedesaan secara berkelanjutan.

Dengan pengurus MES yang lintas sektor dan profesi akan memudahkan koordinasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang mendorong penguatan perbankan syariah dalam mendukung ekonomi riil dan ekosistem industri halal.

Juga, visi inklusivitas perbankan syariah semakin lebih luas. Layanan perbankan syariah tidak hanya ekslusif untuk Muslim namun juga kepada berbagai kelompok masyarakat.

Yang jelas, seperti kata Ketua OJK Wimboh Santoso yang juga pengurus MES, industri keuangan syariah sudah punya modal besar untuk terus maju dan berkembang, memperkuat ekonomi nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement