Senin 22 Mar 2021 17:30 WIB

Niat Pemerintah Memanfaatkan Lebih Luas Lagi GeNose

Pemerintah berharap UGM bisa tingkatkan produksi GeNose hingga 15 ribu unit.

Pegawai mengembuskan napas ke dalam kantong udara untuk dites Covid-19 dengan alat GeNose C19 di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Senin (22/3). PT Angkasa Pura II melakukan uji coba Alat pendeteksi Covid-19 berbasis embusan napas GeNose C19 buatan tim riset UGM di Bandara Husein Sastranegara selama lima hari dengan target 100 orang per hari sebelum diterapkan kepada penumpang pada 1 April 2021 mendatang. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto:

Hari ini Kementerian Riset dan Teknologi memberikan satu unit GeNose kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. "Yang diberikan satu alat ini terutama untuk kepentingan kantor Kemenko Bidang Perekonomian," kata Bambang, dalam acara penyerahan GeNose yang ditayangkan virtual.

Bambang berharap dengan pemakaian GeNose di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian maka GeNose dapat semakin dikenal dan dimanfaatkan secara lebih masif. Ia juga mengharapkan Kemenko Bidang Perekonomian dapat mengajak pelaku ekonomi baik yang mempunyai kantor dan atau pabrik untuk mulai menggunakan GeNose sebagai alat skrining sehingga bisa mulai mencegah infeksi atau penularan Covid-19 yang lebih jauh.

Alat itu tidak mendeteksi virus corona penyebab Covid-19 tapi senyawa organik volatil atau volatile organic compound (VOC) dari orang yang terkena Covid-19.

Pada awal Januari, peneliti GeNose dr Dian K Nurputra menegaskan, alat GeNose hanya untuk screening atau penapisan. "Posisinya masih screening jadi dia secara cepat menemukan terduga positif dan nanti masih harus melakukan PCR test (untuk memastikan positif Covid-19)," kata Dian dalam diskusi virtual melalui Instagram Live Kemenhub, Senin (1/1).

Kendati demikian, Dian mengungkapkan alat GeNose bisa saja dapat berkembang setelah banyak digunakan. Jika terus dilatih, lanjut Dian, akan mendapatkan banyak data dan memungkinkan nantinya dapat menjadi alat diagnosis.

Epidemiologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr Riris Andono Ahmad, dalam diskusi virtual yang sama dengan dr Dian, menuturkan, saat ini terdapat sejumlah alat yang dapat digunakan untuk mengetahui terduga Covid-19 dan mendiagnosisnya. Riris menuturkan, semua alat tersebut termasuk GeNose, memiliki kekurangan dan kelebihan.

"Genose ada kekurangan dan ada kelebihan. Yang penting kita bisa memanfaatkan kelebihannya pada situasi di mana GeNose bisa digunakan dan memberikan dampak lebih baik," jelas Riris.

Riris menjelaskan, GeNose sama seperti dengan tes radiologi dan rontgen. Rontgen dapat memberikan gambaran visual dan GeNose dapat memberikan dari gambaran bau embusan napas.

Hanya, Riris menegaskan, GeNose hanya berfungsi sebagai screening bukan diagnosis. "Rontgen bisa digunakan screening tapi bisa digunakan untuk diagnosis bagi pakar tulang misalnya. Tapi GeNose hanya bisa sebagai screening untuk memastikan apakah positif Covid-19 harus dilakukan pemeriksaan selanjutnya," kata Riris.

Genose saat ini telah digunakan untuk penapisan di stasiun kereta, Riris menilai untuk kepentingan KAI dalam mengamankan perjalanan selama menggunakan transportasi dapat dimaksimalkan. Sebab, dengan hasil positif dari alat GeNose meskipun harus dibuktikan dengan PCR test, penumpang tetap tidak boleh naik kereta api. "Alat ini sebenarnya menjadi sesuatu yang relatif tepat dalam mengamankan koridor perjalanan," ujar Riris.

Tak hanya digunakan untuk penapisan penumpang kereta api, bus, dan kapal rencananya mulai 1 April 2021 empat bandara di Indonesia akan mensyaratkan hasil tes GeNose sebelum terbang. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan, rencananya Genose akan diterapkan secara bertahap di bandara pad April 2021.

"1 April 2021 di empat bandara yaitu Kualanamu, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya," kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR, Selasa (16/3).

Dia mengatakan, penerapan awal dilakukan  di empat bandara tersebut untuk mengukur pelayanan dengan baik terlebih dahulu. Dengan begitu, Budi menegaskan, penerapan Genose tidak langsung dilakukan di bandara yang ramai trafik penumpang. "Di Jakarta terlalu masif, takutnya (penerapan GeNose) tidak maksimal," ujar Budi.

Budi menuturkan, akurasi dari pemeriksaan Genose persentasenya lebih tinggi mendeteksi positif Covid-19 dibandingkan alat lainnya. Hal tersebut menurutnya berdasarkan penerapan yang dilakukan terlebih dahulu di angkutan kereta api.

photo
GeNose - (republika/mgrol100)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement