REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mbah Sudirman pernah dianggap 'gila' oleh sesama warga di desanya. Mbah Sadiman telah mengubah bukit-bukit tandus menjadi lebih hijau.
Mbah Sadiman adalah warga Dusun Dali, Desa Geneng, Wonogiri, Jawa Tengah. Usahanya yang telah dilakukan selama 25 tahun kini telah membuahkan hasil, menyediakan air di wilayah pegunungan yang rawan kekeringan.
Mbah Sadiman, begitu ia dipanggil oleh warga, bekerja tanpa henti untuk menanam pohon di bukit-bukit yang sempat tandus karena kebakaran tahun 1964 di Gunung Lawu sehingga menyebabkan sungai menjadi kering.
"Saya berpikir, jika tidak menanam pohon beringin, daerah ini akan jadi kering," kata Sadiman yang selalu memakai baju safari dan topi.
"Dari pengalaman saya, pohon beringin dan pohon ficus bisa menyimpan banyak air," kata pria berusia 69 tahun tersebut.
Akar yang panjang dan meluas dari sekitar 11.000 lebih pohon beringin dan ficus yang ditanam Sadiman telah menutupi lahan seluas 250 hektar, termasuk di bukit Gendol dan bukit Ampyangan.
Berkat usahanya, pohon-pohon ini telah membantu menahan air tanah dan erosi tanah. Mata air pun bermunculan di tanah yang dulu terlihat sangat gersang.
Air tersebut juga sudah mengalir ke rumah-rumah dan digunakan untuk irigasi pertanian. Tapi pada awalnya hanya sedikit warga yang menghargai usaha Sadiman untuk menanam pohon.
"Orang-orang mengejek saya karena membawa bibit pohon beringin ke desa, mereka merasa tidak nyaman karena mereka percaya ada makhluk halus yang tinggal di pohon beringin," ujarnya.
Bahkan ada warga yang menyangka dirinya gila karena ia menukar pohon-pohon muda dengan kambing yang ia pelihara, seperti yang diceritakan Warto, warga lainnya.
"Dulu orang mengira ia gila, tapi lihat hasilnya sekarang. Ia mampu menyediakan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di beberapa desa," kata Warto.
Sadiman juga mendanai pekerjaannya melalui pembibitan tanaman, seperti cengkeh dan Nangka yang ia jual atau barter. Kurangnya curah hujan di daerah tempat ia menanam pohon pernah membuat para petani hanya bisa panen sekali dalam setahun.
Namun, sekarang sumber air yang melimpah bisa membuat panen menjadi dua atau tiga kali setahun.
"Saya berharap warga di sini bisa hidup sejahtera dan hidup Bahagia. Dan jangan membakar hutan terus menerus," kata Sadiman.