Jumat 19 Mar 2021 17:25 WIB

Pesan Epidemiolog Hindari Vaksin Palsu Covid-19

Pihak swasta disarankan tidak membeli sendiri vaksin Covid-19 demi keamanan.

Vaksinator mengambil cairan vaksin COVID-19 sebelum diberikan kepada warga lanjut usia di Sport Jabar Arcamanik, Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/3/2021). Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Grab dan Good Doctor menggelar Grab Vaccine Center secara gratis yang diperuntukan bagi warga lanjut usia (lansia), pekerja sektor publik di bidang transportasi, pariwisata dan pekerja media di Kota Bandung.
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
Vaksinator mengambil cairan vaksin COVID-19 sebelum diberikan kepada warga lanjut usia di Sport Jabar Arcamanik, Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/3/2021). Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Grab dan Good Doctor menggelar Grab Vaccine Center secara gratis yang diperuntukan bagi warga lanjut usia (lansia), pekerja sektor publik di bidang transportasi, pariwisata dan pekerja media di Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan pemerintah harus memastikan keaslian dan keamanan vaksin Covid-19 yang digunakan di Tanah Air untuk menghindari vaksin palsu. Seluruh vaksin yang akan diedarkan harus dipastikan lewat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Kalau ada vaksin yang mau diedarkan di Tanah Air ini harus lewat BPOM. Jadi jangan sampai kayak dulu vaksin dibeli seenaknya saja oleh swasta kemudian B to B (business to business), tidak tahunya banyak vaksin palsu. Kita sudah punya pengalaman tentang itu. Jadi semua harus lewat BPOM untuk izin edarnya," kata Yunis saat dihubungi Antara, Jakarta, Jumat (19/3).

Yunis mengatakan pengadaan atau pembelian vaksin harus mengikutsertakan keterlibatan pemerintah sehingga swasta tidak serta merta membeli sendiri tanpa campur tangan pemerintah untuk pengadaan vaksin gotong royong. Itu penting untuk mencegah masuknya vaksin palsu di Tanah Air.

Semua vaksin yang digunakan di Tanah Air harus lulus izin penggunaan dari BPOM. "Kalau bisa jangan beli sendiri B to B, jadi harus lewat pemerintah. Jadi belinya kalau bisa pemerintah ikut campur tangan, kalau tidak, vaksin palsu itu akan ikut terambil oleh swasta," tutur Yunis.

Untuk itu, pembelian vaksin dari luar negeri memang harus dicermati dengan baik dalam rangka menghindari masuknya vaksin palsu ke Indonesia.Sebelumnya, terkait penemuan sindikat vaksin palsu yang berada di China dan Afrika Selatan, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan hingga saat ini sindikat vaksin palsu tidak ada di Indonesia.

"Sampai saat ini, sindikat semacam itu tidak ditemukan di Indonesia. Semua pengadaan vaksin dilakukan melalui skema G to G (government to government) sehingga terjamin keaslian vaksinnya," ujarnya.

Wiku menuturkan pembelian vaksin Covid-19 oleh pemerintah dilakukan dengan skema pemerintah ke pemerintah (government to government) untuk menjamin keaslian vaksin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement