REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG--Gubernur Lampung Arinal Djunaidi meminta kepada Wali Kota Bandar Lampung yang baru, untuk memfokuskan program kerja mengatasi masalah banjir dan sampah. Masalah banjir dan sampah dalam kota Bandar Lampung masih belum tuntas.
“Saya ingin kepemimpinan saya lima tahun sebagai Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung, fokus kepada pengelolaan sampah dan penanganan masalah banjir,” kata Gubernur Arinal Djunaidi saat menerima Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana di Bandar Lampung, Selasa (16/3).
Arinal mengatakan, pemprov sedang memperjuangkan pengelolaan sampah dalam kota Bandar Lampung yang melimpah dapat dijadikan energi. Untuk itu, ia berharap Pemkot Bandar Lampung dapat menyiapkan lahan pembuangan sampah yang representative untuk dikelola menjadi energy.
Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana mengatakan, program pembangunan kota tak lepas dari sinergi program pembangunan yang dicanangkan Pemprov Lampung. Pengelolaan tata kota, ujar dia, tetap mengacu pada program provinsi, apalagi Kota Bandar Lampung sebagai ibukota provinsi.“Pembangunan Kota Bandar Lampung untuk provinsi,” kata Eva yang baru dilantik sebagai wali kota perempuan pertama Kota Bandar Lampung, pada 26 Februari 2021.
Sekdaprov Lampung Fahrizal Darminto mengatakan masalah banjir di Kota Bandar Lampung memerlukan perencanaan yang komprehensif. Salah satu hal penting, kata dia, perencanaan drainase sebagai pengendali banjir dalam kota. “Gubernur telah menekankan masalah perencanaan drainase untuk mengatasi banjir,” ujarnya.
Ia mengatakan ke depan Pemkot Bandar Lampung dan Pemprov Lampung akan berbagi tugas kewenangan dalam mengatasi banjir dalam kota. Termasuk masalah sampah yang memenuhi sungai-sungai dalam kota yang menjadi penyebab utama banjir.
Berdasarkan data //Republika//, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bakung, Telukbetung, sampah yang diproduksi warga kota Bandar Lampung terjadi peningkatan berkisar 10 persen. Biasanya, volume sampah yang dibuang ke TPA Bakung berskiar 800 sampai 900 ton per hari, terakumulasi ada peningkatan mencapai 1.000 ton per hari. Peningkatan volume sampah yang diterima TPA Bakung, berdampak pada penumpukkan sampah di area TPA, dan pengelolaan sampah terhambat. Sampah-sampah dalam kota tersebut diangkut mobil Dinas Lingkungan Hidup. Pembuangan sampah dilakukan dari pagi hingga malam hari setiap hari.
Penumpukkan sampah yang melebihi kapasitas area TPA Bakung menyebabkan tanah longsor, terutama pada musim penghujan. Beberapa perkampung sekitar TPA mengalai longsoran tumpukan sampah, dan juga aliran air kotor dari sampah saat musim hujan tiba.
Kondisi lainnya pada masalah sampah yakni pesisir Teluk Lampung sampai saat ini masalah sampah plastik belum teratasi. Volume sampah di kawasan perairan Teluk Lampung terus meningkat terutama pada musim penghujan. Sampah-sampah tersebut diduga berasal dari aliran sungai (kali) dalam kota saat hujan turun dan bermuara di laut.
Kampung Nelayan Sukaraja, Telubetung, tidak dapat berbuat banyak untuk mengatasi masalah sampai di sepanjang pesisir teluk. Aktivitas nelayan menangkap ikan di laut juga terganggu karena banyaknya sampah plastik di pantai dan laut.
Menurut Erwan, nelayan pesisir Sukaraja, Bandar Lampung, sampah-sampah terus meningkat, apalagi musim hujan. Warga tidak mampu membersihkan sampah plastik, karena sampah lama belum hilang, sampah baru sudah datang lagi dari aliran air laut. "Dari dulu beginilah pemandangannya. Sampah-sampah plastik tidak pernah hilang. Kami nelayan sudah sulit mencari ikan di laut, karena banyak sampah," tutur Erwan (39 tahun), sebagai nelayan payang.