Selasa 16 Mar 2021 16:26 WIB

Faktor Kehati-hatian untuk Vaksin AstraZeneca

Nantinya, vaksin AstraZeneca akan diberikan ke kelompok prioritas.

 Seorang perawat bersiap untuk memberikan dosis vaksin AstraZeneca COVID-19.
Foto:

WHO sudah mengimbau negara-negara tidak menjeda kampanye vaksinasi, Senin (15/3). Desakan ini muncul setelah dua negara Eropa dan satu di Asia menangguhkan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca karena kekhawatiran akan keamanan.

WHO mengatakan, panel penasehatnya sedang meninjau laporan terkait dengan vaksin itu dan akan merilis temuannya sesegera mungkin. Namun, lembaga ini tidak mungkin mengubah rekomendasi penggunaan secara luas yang dikeluarkan bulan lalu.

"Sampai hari ini, tidak ada bukti bahwa insiden tersebut disebabkan oleh vaksin dan penting agar kampanye vaksinasi terus berlanjut sehingga kami dapat menyelamatkan nyawa dan membendung penyakit parah dari virus tersebut," kata juru bicara WHO, Christian Lindmeier.

WHO mengatakan, per 12 Maret, lebih dari 300 juta dosis vaksin Covid-19 telah diberikan di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut tidak ditemukan laporan kasus kematian yang disebabkan oleh salah satu vaksin yang sudah beredar.

Denmark dan Norwegia telah melaporkan kasus perdarahan yang terisolasi, pembekuan darah, dan jumlah trombosit yang rendah setelah vaksin AstraZeneca. Atas laporan tersebut beberapa negara melakukan penundaan dan yang lain tetap mendistribusikan vaksin tersebut.

Islandia dan Bulgaria sebelumnya menangguhkan penggunaannya sementara Austria dan Italia berhenti menggunakan beberapa varian tertentu. Prancis, Jerman, dan Inggris mengatakan tidak khawatir atas vaksin tersebut.

AstraZeneca Plc mengatakan sebelumnya telah melakukan peninjauan terhadap lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris. Dari hasil tersebut tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko penggumpalan darah, dikutip dari Reuters.

Sementara itu, sejumlah negara juga tetap melanjutkan program vaksinasinya menggunakan AstraZeneca. Salah satunya adalah Thailand, bahkan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha menjadi orang pertama yang menerima vaksin Covid-19 AstraZeneca di negara itu.

Prayuth dan anggota kabinet lain pada awalnya dijadwalkan untuk mendapatkan suntikan vaksin pada Jumat (12/3), sebelum Thailand menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca setelah laporan bahwa vaksin itu dapat menyebabkan penggumpalan darah dan mendorong sejumlah negara Eropa untuk menghentikan penggunaannya.

"Hari ini saya meningkatkan kepercayaan diri bagi masyarakat umum," kata Prayuth kepada wartawan di Government House, Selasa (16/3), sebelum dia menerima suntikan vaksin di lengan kirinya.

Prayuth, yang akan segera berusia 67 tahun, kemudian mengatakan bahwa dia merasa baik-baik saja setelah disuntik. Menteri Kesehatan Thailand mengatakan pada Senin (15/3) bahwa peluncuran akan dilanjutkan setelah banyak negara mengatakan tidak ada masalah penggumpalan darah dengan vaksin tersebut.

Dari Timur Tengah dilaporkan, Arab Saudi juga lanjut menggunakan vaksin AstraZeneca. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Arab Saudi Dr Mohammed Al-Abd Al-Aly menangkal rumor penghentian penggunaan vaksin AstraZeneca.

Dalam konferensi pers, dia justru mengatakan sejauh ini sudah lebih dari 2,2 juta orang yang telah menerima suntikan vaksin buatan Inggris itu. Dia juga mengatakan, otoritas kesehatan akan terus memantau keamanan dan kemanjuran vaksin, yang hingga saat ini belum menunjukkan adanya masalah terkait.

Sejauh ini Otoritas Makanan dan Obat Saudi telah menyetujui penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19 sejak Desember lalu dan telah mengimpor serta menggunakan vaksin Oxford-AstraZeneca pada Februari lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement