REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruquthni menyampaikan, apa yang dirancang di Padang, Sumatra Barat, terkait digitalisasi masjid merupakan langkah yang baik. Dia pun mengapresiasi langkah tersebut karena akan membantu kalangan dhuafa yang kesulitan untuk belajar secara daring.
"Apa yang dirancang di Padang itu, saya kira mereka telah mengembangkan suatu cara baru, mengimplementasikan studi lewat virtual berbasis masjid, itu bagus," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (15/3).
Menurut Imam, digitalisasi tentu juga harus dilaksanakan di masjid. Sebab, saat ini kelompok masyarakat tertentu mengalami kesulitan untuk melakukan pembelajaran secara daring. Karena itu, jika di masjid terpasang Wi-Fi internet, tentu ini bisa membantu masyarakat untuk bisa belajar ilmu agama secara daring.
"Karena sekarang ini masyarakat tertentu sulit melakukan itu, misalnya studi lewat Zoom. Anak-anak yang dhuafa itu sulit melaksanakan. Dalam konteks ini masjid bisa menjadi alternatif untuk memfasilitasi anak-anak untuk belajar berbasis masjid, dengan adanya Wi-Fi di masjid," tutur dia.
Imam mengatakan, DMI mendorong agar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyediakan Wi-Fi di masjid-masjid agar warga di sekitarnya bisa melaksanakan pembelajaran daring secara maksimal. Bentuk memfasilitasi ini bisa berupa penggratisan atau meringankan biayanya.
"Kemenkominfo seharusnya memberikan semangat dengan memfasilitasi masjid-masjid di Indonesia untuk memberikan semacam penggratisan akses internet melalui Wi-Fi atau setidaknya diringankan sehingga para dhuafa bisa ke masjid menikmati pembelajaran secara mudah dan maksimal," tuturnya.
Imam juga berharap agar setiap BUMN, terutama yang bergerak dalam telekomunikasi untuk mengulurkan bantuan dalam rangka memudahkan pembelajaran secara daring yang berbasis pada masjid. Dia memahami, dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang dimiliki BUMN mungkin sudah tersedot untuk bantuan Covid-19. Namun, menurut dia, semestinya juga disisihkan untuk program digitalisasi di wilayah-wilayah yang tertinggal.
"Jangan prioritaskan pada keuntungan saja. Kebijakan pemerintah itu untuk rakyat. Jadi, untuk masjid-masjid misalnya perlu juga dipasang Wi-Fi agar masyarakatnya bisa menikmati internet untuk mereka belajar daring," tuturnya.
Selain itu, Imam menilai, pengurus masjid juga perlu mempertimbangkan menyisihkan dana dari kotak amal untuk pemasangan Wi-Fi. Misalnya, Rp 300 ribu atau Rp 400 ribu sesuai harga pemasangan Wi-Fi yang ada di sejumlah provider.
Lebih lanjut, Imam menjelaskan, masjid sebetulnya telah berfungsi sebagai pusat belajar ilmu agama sebagaimana sejarah mencatat. Contohnya bisa diketahui dengan banyaknya kiai-kiai dan para wali yang melakukan pengajaran ilmu agama di masjid. Pondok pesantren pun dibangun tentu dengan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan belajar ilmu agama. "Dan sekarang, ada tahap perkembangan budaya baru yang kemudian meningkat akibat virus Covid-19. Sehingga, banyak program yang menjadi virtual. Kegiatan dakwah pun sekarang sudah virtual. Maka, jika di Padang merancang ini, tentu bagus," tuturnya.