Ahad 14 Mar 2021 18:29 WIB

Alergi Parah Jadi Salah Satu Efek Samping Vaksin AstraZeneca

Beberapa negara menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Regulator Uni Eropa (UE) meminta agar alergi parah  dimasukkan ke dalam daftar kemungkinan efek samping dari vaksin Covid-19 milik AstraZeneca. (ilustrasi).
Foto: Jung Yeon-je /Pool via AP
Regulator Uni Eropa (UE) meminta agar alergi parah dimasukkan ke dalam daftar kemungkinan efek samping dari vaksin Covid-19 milik AstraZeneca. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Regulator Uni Eropa (UE) meminta agar alergi parah  dimasukkan ke dalam daftar kemungkinan efek samping dari vaksin Covid-19 milik AstraZeneca. Hal itu diusulkan setelah terjadi 41 laporan dugaan anafilaksis terdeteksi di Inggris, dengan kemungkinan terkait dengan vaksinasi.

Reaksi alergi yang parah terdaftar sebagai keterangan 'tidak diketahui' di bawah kemungkinan efek samping dari suntikan AstraZeneca, yang diterbitkan Downing Street. Badan Obat-Obatan Eropa (EMA), yang berbasis di Amsterdam merekomendasikan pembaruan informasi produk untuk memasukan anafilaksis dan hipersensitivitas (reaksi alergi) sebagai efek samping pada Jumat (12/3).

"Pembaruan ini didasarkan pada tinjauan dari 41 laporan kemungkinan anafilaksis yang terlihat di antara sekitar lima juta vaksinasi di Inggris Raya," tulis laporan itu seperti dilansir di Daily Mail, Ahad (14/3).

EMA mengatakan anafilaksis atau reaksi alergi parah sudah menjadi efek samping yang mungkin terjadi, sangat jarang dari vaksinasi. Informasi produk mengatakan bahwa orang harus diobservasi dengan ketat setidaknya selama 15 menit setelah menerima vaksin.

Beberapa negara menghentikan penggunaan AstraZeneca, menyusul kekhawatiran vaksinasi dapat menyebabkan pembekuan darah. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan tidak ada hubungan antara suntikan dan peningkatan risiko pengembangan kondisi tersebut.

Sekitar lima juta orang Eropa telah menerima vaksin AstraZeneca, dengan sekitar 30 persen kasus pembekuan darah terdeteksi setelah vaksinasi. Kasus-kasus itu sedang diselidiki, tetapi tidak ada hubungan kasual yang terdeteksi antara suntikan dan peristiwa tromboemboli.

AstraZeneca telah menepis kekhawatiran bahwa vaksin Covid-19 terkait dengan penggumpalan darah. Raksasa farmasi itu mengatakan analisisnya terhadap lebih dari 10 juta catatan menunjukkan tidak ada bukti peningkatan risiko dalam kelompok usia berapa pun. Austria, Bulgaria, Estonia, Latvia, Lithuania, dan Luksemburg telah menangguhkan satu batch dosis setelah perawat berusia 49 tahun meninggal setelah mendapatkan salah satu suntikan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement