REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Umi Faddillah
Kecanggihan teknologi yang terus berkembang pesat, tak lagi dapat dipungkiri telah banyak merubah kebiasaan dan menggantikan beberapa peran dalam bidang pekerjaan. Teknologi dalam bidang kecerdasan buatan mampu diprogram menyerupai kecerdasan manusia yang bisa meniru tindakan manusia. Dengan kecerdasan buatan ini secara sistematis peran manusia akan tergantikan, dan mulai mempersempit beberapa lapangan pekerjaan pada sebuah perusahaan.
Kecerdasan buatan punya sifat yang permanen. Mampu menyimpan data tanpa batasan. Penggunaan waktu lebih efisien dan akurat. Hadirnya teknologi bidang kecerdasan buatan ini mampu memecahkan masalah yang kompleks serta mampu meningkatkan produktivitas pekerjaan.
Teknologi kecerdasan buatan secara umum mampu mengubah mesin menjadi cerdas. Sehingga dapat menerima perintah dan berpikir hingga mampu mengambil sebuah keputusan.
Semakin modern perkembangan teknologi menuntut dunia akuntansi mampu memanfaatkan teknologi, untuk mengambil keputusan secara cepat serta menentukan langkah strategis. Kecerdasan buatan sudah diterapkan pada beberapa bidang akuntansi seperti audit, manajemen resiko, rekonsiliasi vendor, sistem pelaporan, analisis kredit, pemrosesan transaksi, pemodelan rugi dan analisis tren.
Jika hal ini tidak disikapi secara serius oleh para lulusan akuntansi, maka bukan tidak mungkin mereka akan tergerus oleh cepatnya laju teknologi. Kunci sukses seorang akuntan saat ini, selain harus mampu menyajikan kualitas keterampilan akuntansi juga harus mampu secara kompeten menggunakan teknologi khususnya kecerdasan buatan di bidang akuntansi.
Seorang akuntan profesional harus mampu menganalisis, sehingga mampu mengambil keputusan strategis. Juga dapat memanfaatkan aplikasi kecerdasan buatan untuk mengotomatisasi, meningkatkan kinerja bidang akuntansi dan berpartisipasi penuh dalam menerapkan kecerdasan buatan di perusahaan.
Dengan teknologi kecerdasan buatan, seorang akuntan profesional harus mampu memperbaiki kinerja dengan mengotomatisasi pekerjaan yang bersifat repetitif, dan lebih fokus lagi mengelola data keuangan untuk menghasilkan nilai serta rekomendasi yang mampu menguatkan bisnis bagi klien perusahaan.
Adanya inovasi teknologi kecerdasan buatan bidang akuntansi diharapkan tidak menghilangkan peran seorang akuntan profesional, akan tetapi membantu secara efektif pekerjaan mereka. Menyisipkan peran kecerdasan buatan dalam proses akuntansi, akan mampu meminimalisir kesalahan dalam pembukuan hingga mampu menghasilkan keputusan yang akurat.
Di sinilah peran perguruan tinggi dalam menciptakan lulusan yang berkompeten dengan kualitas yang sesuai kebutuhan dunia industri. Di mana mampu beradaptasi secara baik dengan teknologi khususnya bidang kecerdasaan buatan. Selain itu juga memiliki pengetahuan berkualitas di bidang akuntansi, sehingga lulusan mampu menguasai bidang akuntansi juga mampu menerapkan teknologi kecerdasan buatan. Sehingga perusahaan atau pun dunia industri tak perlu khawatir lagi terhadap lulusan ini, karena mereka telah memiliki dua bekal sekaligus yakni bidang akuntansi dan teknologi kecerdasan buatan.
Seperti halnya, lulusan Universitas BSI (Bina Sarana Informartika), program studi Sistem Informasi Akuntansi (SIA). Para lulusan telah dibekali sertifikasi kompetensi di bidang akuntansi dan telah dibekali ilmu pengetahuan di bidang teknologi kecerdasan buatan. Mereka telah mempelajari sistem akuntansi dengan aplikasi kecerdasan buatan, sebagai contoh mereka telah mendapatkan bekal pengetahuan tentang pemrograman aplikasi akuntansi, pengelolaan keuangan dengan aplikasi akuntansi seperti zahir accounting, myob, asian business software solutions (abss).
Dengan peran perguruan tinggi, maka diharapkan para lulusan mampu menjawab segala tantangan perkembangan teknologi.
*) Penulis adalah dosen program studi Sistem Informasi Akuntansi Universitas BSI