Selasa 09 Mar 2021 21:14 WIB

Bantuan ABD Kasoem Hearing Sasar Masyarakat tak Mampu

Gangguan pendengaran masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia.

Pendengaran (ilustrasi).
Foto: Www.freepik.com
Pendengaran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdiri sejak 1989, Kasoem Hearing Center masih terus berikhtiar memberikan solusi terhadap masalah gangguan pendengaran bagi masyarakat di Indonesia. Deputy Chief Executive Officer Kasoem Hearing Center, Trista Mutia Kasoem menjelaskan, saat ini pihaknya memberikan donasi alat bantu dengar (ABD) kepada masyarakat yang membutuhkan. Utamanya bagi mereka yang tidak mampu.

"Dengan donasi ini, harapannya Kasoem bisa menjadi bagian penting dalam membantu pemerintah menanggulangi masalah gangguan pendengaran ini," ujar Trista, Selasa (9/3).

photo
Ketua Perhati Cabang Jawa Timur, dr. Dwi Reno Pawarti Sp.THT-KL (kanan) bersama personel Kasoem Hearing. - (Dok. Kas)

Dia berharap setidaknya, dengan upaya ini, masyarakat Indonesia dapat memperoleh solusi dalam mengatasi masalah pendengaran serta mendapatkan pelayanan terbaik. Utamanya, penanganan gangguan pendengaran yang dilakukan oleh tenaga profesional dan terstandarisasi serta ditunjang dengan peralatan diagnostik yang lengkap. mengatakan, berdasarkan data dari Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terdapat sembilan provinsi di Indonesia dengan angka prevalensi gangguan pendengaran melebihi angka nasional (2,6 persen).

"Salah satu dari sembilan provinsi itu adalah Jawa Timur. Oleh karena itu, penting sekali deteksi gangguan pendengaran dan memberikan solusi untuk gangguan pendengaran dengan cara menggunakan alat bantu dengar," katanya.

Kegiatan ini juga merangkul Perhimpunan Ahli THT (Perhati) cabang Jawa Timur dan bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jawa Timur. Harapannya, upaya ini bisa menjadi awal yang baik untuk membantu mengurangi masalah gangguan pendengaran, khususnya di Jawa Timur. 

"Karena dampak yang ditimbulkan akibat gangguan pendengaran cukup luas dan berat jika tidak ditangani dengan tepat, yaitu mengganggu perkembangan kognitif, psikologi dan sosial," kata Dr. Rosa Falerina Sp.THT KL, perwakilan Perhati cabang Jawa Timur.

Maka dari itu, kata dia, kesadaran mengenai dampak gangguan pendengaran sangat penting untuk terus ditingkatkan agar masyarakat di Indonesia mengetahui solusi yang tepat untuk penanganan masalah gangguan pendengaran.

Sebagai informasi, hasil Riskesdas pada 2013 menunjukan, 2,6 persen penduduk Indonesia usia lima tahun ke atas mengalami gangguan pendengaran, 0,09 persen mengalami ketulian, 18,8 persen ada sumbatan serumen, dan 2,4 persen ada sekret di liang telinga. Ini menunjukkan, gangguan pendengaran masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement