Jumat 05 Mar 2021 22:02 WIB

SBY: Demokrat Berkabung karena Akal Sehat Telah Mati

SBY menilai sikap Moeldoko tak mencerminkan sikap kesatria dan nilai moral.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Andri Saubani
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersikap terhadap ditunjuknya Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, di Puri Cikeas, Kabupaten, Bogor, Jumat (5/3).
Foto: Republika/nawir arsyad akbar
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersikap terhadap ditunjuknya Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, di Puri Cikeas, Kabupaten, Bogor, Jumat (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersikap terhadap ditunjuknya Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai ketua umum lewat kongres luar biasa (KLB) Deli Serdang, Sumatera Utara. Menurutnya, hal tersebut merupakan bukti bahwa akal sehat di negeri ini telah mati.

"Bangsa Indonesia dan Partai Demokrat berkabung, karena akal sehat telah mati. Sementara keadilan, supremasi hukum, dan demokrasi sedang diuji," ujar SBY di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jumat (5/3).

Baca Juga

Ia menceritakan, sebulan lalu, Moeldoko terus berkilah bahwa dirinya tak terlibat dalam gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat. Namun hari ini, ia justru menerima penunjukannya sebagai ketua umum versi KLB Deli Serdang.

"Hari ini sejarah telah mengabadikan apa yang terjadi di negara ini, banyak yang tercengang, banyak yang tidak percaya KSP Moeldoko bersekongkol dengan orang dalam benar-benar tega dan dengan darah dingin melakukan kudeta ini," ujar SBY.

Sikap Moeldoko, sebut SBY, tidak mencerminkan sikap kesatria dan nilai moral. Kepala KSP itu justru hanya mendatangkan rasa malu bagi perwira yang pernah bertugas dalam jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI).

"Termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya memohon ampun kehadiran Allah SWT Tuhan yang maha kuasa atas kesalahan saya itu," ujar SBY.

Sebagai sosok yang menggagas Partai Demokrat, SBY mengaku prihatin dengan gerakan yang mengganggu pihaknya. Selama menjadi Presiden, ia menegaskan bahwa pihaknya tak pernah mengganggu partai-partai yang notabenenya berseberangan dengan pemerintah.

"Dunia politik tak seindah yang kita mimpikan, gangguan terhadap Partai Demokrat, gangguan terhadap kita semua belumlah usai. Karenanya mari kita makin bersatu dan makin merapatkan barisan di bawah komando dan kepemimpinan AHY," ujar SBY.

In Picture: AHY: KLB Deli Serdang Ilegal

photo
Ketua umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat memberikan keterangan pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat (5/3). AHY mengatakan bahwa Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar di Deli Serdang, Sumatera Utara ilegal dan juga inkonstitusional serta tidak sesuai dengan AD/ART yang telah diakui pemerintah. Republika/Putra M. Akbar - (Republika/Putra M. Akbar)

 

 

KLB Partai Demokrat telah digelar pada hari ini di Hotel The Hill Sibolangit, Deli Serdang, Sumut di mana Moeldoko terpilih menjadi ketua umum versi KLB. Moeldoko menerima keputusan KLB Partai Demokrat di Deli Serdang.

"Baik dengan demikian, saya menghargai dan menghormati keputusan Saudara. Oke kita terima menjadi ketua umum," ujar Moeldoko dalam sambutan kemenangan melalui sambungan telepon.

Namun, sebelum menerima keputusan KLB, Moeldoko lebih dulu mengajukan tiga pertanyaan kepada kader partai yang memilihnya. Pertanyaan pertama, Moeldoko memastikan bahwa KLB yang digelar di Sumatra Utara ini sesuai dengan AD/ART partai atau tidak. Mendengar pertanyaan tersebut, kader yang hadir serentak menjawab, "sesuai".

"Kedua, saya ingin tahu keseriusan kalian memilih saya sebagai ketua umum Demokrat, serius atau tidak?" tanya Moeldoko. Menjawab pertanyaan itu, kader yang hadir juga serentak menjawab, "serius".

Sedangkan, pertanyaan ketiga yang dilontarkan Moeldoko, ia memastikan bahwa seluruh kader yang memilihnya tetap mengedepankan kepentingan negara ketimbang kepentingan pribadi atau golongan.

photo
SBY Menuding Moeldoko - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement