REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Banten pada Februari 2021 merupakan yang tertinggi se-Pulau Jawa dengan capaian angka sebesar 100,92. Ketua BPS Banten Adhi Wiriana menuturkan, nilai tukar petani di Provinsi Banten masih di bawah NTP Nasional (103,10) dan menurun dari bulan sebelumnya (101,16), namun berada di posisi teratas jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa.
"Walaupun Nilai Tukar Petani Banten menurun, namun dibandingkan provinsi-provinsi di Jawa secara keseluruhan nilai tersebut masih relatif baik," kata Adhi dalam keterangannya, Senin (1/3).
Adhi menyampaikan, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Data BPS mencatat, angka NTP tertinggi di Pulau Jawa setelah Banten disusul oleh Jawa Timur dengan angka 100,38, lalu Jawa Tengah 100,37, dan Jakarta sebesar 100,07. Sementara dua provinsi lainnya, yakni Jawa Barat dan Yogyakarta memiliki NTP di bawah 100, dimana masing-masing yakni 99,85 dan 98,25.
Angka NTP Banten didapat dari kontribusi beberapa subsektor yang mengalami kenaikan. Seperti tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,82 persen, perikanan yang naik sebesar 1,39 persen dan tanaman hortikultura sebesar 0,94 persen. Sedangkan penurunan terjadi pada tanaman pangan sebesar 0,77 persen dan peternakan sebesar 0,22 persen.
Pada subsektor perkebunan rakyat untuk bulan Februari 2021 meningkat sebesar 113,64. Terjadi peningkatan indeks dari bulan sebelumnya sebesar 1,82 persen. Hal ini disebabkan karena naiknya indeks harga pada kakao/cokelat biji sebesar 5,17 persen, cengkeh sebesar 4,55 persen, aren/enau sebesar 3,93 persen, kelapa sawit 3,40 persen, lada/merica 3,09 persen, kelapa 1,95 persen dan karet sebesar 1,10 persen.
Untuk NTP pada subsektor perikanan pada bulan Februari 2021 mengalami peningkatan indeks sebesar 1,39 persen dari 98,65 menjadi 100,02. Adapun, NTP pada subsektor hortikultura mengalami peningkatan sebesar 0,94 persen dari 102,37 menjadi 103,33. Peningkatan cukup tajam terjadi pada harga semangka sebesar 6,63 persen dan pisang 2,86 persen. Kemudian, harga kencur sebesar 6,12 persen, sereh 0,99 persen, dan jahe sebesar 0,16 persen.
Namun, masih pada subsekor holtikultura, beberapa komoditas mengalami penurunan, seperti ketimun sebesar 22,34 persen, tomat 4,15 persen, melinjo 3,22 persen, kacang panjang 3,18 persen, cabai rawit 0,81 persen dan pare/paria sebesar 0,75 persen.
Kemudian, subsektor tanaman pangan/padi dan palawija pada bulan Februari 2021 terjadi peningkatan pada beberapa komoditas. Seperti pada harga kacang tanah sebesar 3,55 persen, jagung sebesar 1,12 persen dan kacang kedelai 1 persen. Sementara penurunan terjadi pada harga gabah sebesar 0,57 persen dan Ketela Rambat turun 0,62 persen.
Untuk subsektor peternakan, mengalami penurunan indeks sebesar 0,22 persen. Penurunan terjadi pada kelompok ternak kecil seperti terjadi pada biri-biri/domba 2,26 persen dan kambing 0,37 persen. Sedangkan pada kelompok ternak besar penurunan terjadi pada harga kerbau sebesar 0,04 persen.
Sedangkan untuk beberapa komoditas mengalami peningkatan seperti pada harga telur ayam ras sebesar 1,81 persen, itik manila 1,63 persen, harga itik/bebek 0,76 persen dan ayam ras pedaging 0,49 persen.