Selasa 02 Mar 2021 00:07 WIB

Survei: Toleransi Beragama Satu dari Tiga Mahasiswa Rendah

Berdasarkan survei PPIM UIN, satu dari tiga mahasiswa miliki sikap toleransi rendah.

Ilustrasi Mahasiswa.
Foto: Reuters/Patrick T Fallon
Ilustrasi Mahasiswa.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fuji E Permana

Peneliti Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta meluncurkan hasil survei nasional bertema 'Kebhinekaan di Menara Gading: Toleransi Beragama di Perguruan Tinggi' secara virtual pada Senin (1/3). Dalam ringkasan eksekutif hasil survei nasional ini, dijelaskan bahwa satu dari tiga mahasiswa memiliki sikap toleransi beragama yang tergolong rendah atau sangat rendah.

Baca Juga

"Secara umum toleransi mahasiswa Indonesia cukup tinggi. Namun satu dari tiga mahasiswa memiliki sikap toleransi beragama yang tergolong rendah atau sangat rendah," kata Peneliti Survei Nasional Kebhinekaan di Menara Gading: Toleransi Beragama di Perguruan Tinggi, Sirojuddin Arif dalam ringkasan eksekutif hasil survei nasional, Senin (1/3).

Sirojuddin mengatakan, bila dilihat dari jenis perguruan tinggi, maka mahasiswa dari perguruan tinggi agama (PTA) memiliki toleransi paling rendah, disusul perguruan tinggi swasta (PTS), perguruan tinggi negeri (PTN), dan perguruan tinggi kedinasan (PTK).

Ia menerangkan, hasil penelitian menunjukkan dua hal penting yang berkorelasi kuat dengan toleransi beragama mahasiswa. Pertama, interaksi sosial dengan kelompok yang berbeda, memiliki korelasi positif yang kuat dengan toleransi beragama. Interaksi antarkelompok ini bisa berlangsung dalam hubungan pergaulan sosial, kerja sama, dan diskusi atau tukar pikiran dengan sesama mahasiswa.

"Pada saat bersamaan, penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan keagamaan tertentu, seperti lembaga dakwah kampus, berkorelasi negatif dengan toleransi beragama," ujarnya.

Ia mengatakan, kedua, penelitian ini juga menunjukkan bahwa iklim sosial kampus berkorelasi dengan toleransi beragama mahasiswa. Peneliti menemukan bahwa kebijakan kampus terhadap kelompok minoritas keagamaan mahasiswa dan sikap toleransi beragama dosen berkorelasi positif dengan toleransi beragama mahasiswa.

Semakin tinggi tingkat toleransi beragama dosen dan penerimaan atau penghormatan kampus terhadap kelompok minoritas, berkorelasi positif dengan toleransi beragama mahasiswa. Hal kedua terutama berkorelasi dengan toleransi beragama kelompok mahasiswa pemeluk agama lain, yang secara nasional tergolong minoritas.

"Sementara sikap toleransi beragama dosen berkorelasi positif dengan sikap toleransi agama mahasiswa Muslim," jelasnya.

Sirojuddin juga menemukan, bahwa ada beberapa perbedaan antarkelompok mahasiswa atau jenis perguruan tinggi yang perlu mendapat perhatian. Hubungan positif antara toleransi beragama dosen dan toleransi agama mahasiswa sebagian besar ditemukan di PTS dan PTA.

Sementara itu, korelasi positif kondisi ekonomi orang tua dan toleransi beragama sebagian besar terkonsentrasi pada PTN. Perbedaan-perbedaan ini, dalam beberapa hal menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan antar mahasiswa di berbagai jenis perguruan tinggi. Misalnya, mengenai latar belakang ekonomi orang tua.

"Hasil survei ini menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan orang tua mahasiswa PTA lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan orang tua mahasiswa di jenis perguruan tinggi lain," kata Sirojuddin.

Intensitas Ritual Keagamaan

Sirojuddin menerangkan, secara intensitas ritual keagamaan, penelitian ini juga menemukan bahwa rata-rata intensitas ritual keagamaan mahasiswa PTA dan PTK secara umum lebih tinggi dibanding intensitas ritual keagamaan mahasiswa PTN dan PTS. Hubungan lintas kelompok juga berbeda antarkelompok mahasiswa ini.

"Rata-rata hubungan lintas kelompok mahasiswa PTA lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata hubungan lintas kelompok mahasiswa PT jenis lain," kata Sirojuddin.

Selain antarjenis perguruan tinggi, ia mengatakan, beberapa perbedaan penting juga ditemukan antarkelompok agama. Dalam hal interaksi sosial lintas kelompok, penelitian ini menemukan bahwa rata-rata interaksi sosial lintas kelompok mahasiswa Muslim lebih rendah dari rata-rata interaksi sosial lintas kelompok pemeluk agama lain.

Dalam hal latar belakang ekonomi, survei ini juga menemukan bahwa rata-rata pendapatan orang tua mahasiswa Muslim lebih rendah dibandingkan rata-rata pendapatan orang tua mahasiswa pemeluk agama lain. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa persepsi keterancaman mahasiswa Muslim rata-rata lebih tinggi dari persepsi keterancaman mahasiswa pemeluk agama lain.

"Temuan-temuan ini memiliki sejumlah implikasi penting bagi perguruan tinggi atau pengambil kebijakan terkait dalam merumuskan kebijakan atau iklim kampus yang tepat untuk memupuk toleransi beragama di kalangan mahasiswa," jelasnya.

Menurutnya, heterogenitas perguruan tinggi dan mahasiswa mengisyaratkan diperlukannya kebijakan yang sensitif dan responsif dengan kondisi sosial demografi yang ada. Kebijakan tunggal mungkin tidak dapat bekerja efektif untuk memupuk sikap toleransi beragama di tengah-tengah beragamnya kondisi mahasiswa dan perguruan tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beragama merupakan hal yang terbukti berkorelasi dengan toleransi beragama mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa upaya untuk memupuk toleransi beragama di kalangan mahasiswa memerlukan pendekatan strategis dan komprehensif, yang melibatkan atau menyentuh berbagai aktor. Bukan hanya mahasiswa, upaya tersebut juga perlu melibatkan dosen dan juga kampus secara umum.

Rekomendasi

Sirojuddin menyampaikan rekomendasi hasil survei nasional bertema 'Kebhinekaan di Menara Gading: Toleransi Beragama di Perguruan Tinggi'. Pertama, mempromosikan kekayaan pengalaman sosial dan interaksi sosial lintas kelompok keagamaan di kalangan mahasiswa.

"Kedua, memperbaiki iklim sosial kampus dengan meningkatkan kultur toleransi beragama di kalangan civitas akademik dan penghormatan kepada keragaman dan kelompok-kelompok minoritas," ujarnya dalam ringkasan eksekutif hasil survei nasional tersebut.

Ia menyampaikan, rekomendasi yang ketiga, perkuat program atau kebijakan peningkatan toleransi beragama mahasiswa dengan memperhatikan kekhasan konteks sosial perguruan tinggi dan kondisi sosial-demografi mahasiswa. Perkaya program moderasi beragama di PTA dengan memperbanyak interaksi sosial lintas agama.

Menurut rekomendasinya, kebijakan peningkatan toleransi beragama mahasiswa juga perlu dijadikan ukuran output dan outcome perguruan tinggi. Rekomendasi keempat, data yang terpilah secara kelompok sosial keagamaan perlu disediakan secara terbuka guna meningkatkan kesadaran dan penghargaan terhadap keragaman sosial dalam setiap pengambilan kebijakan di lingkungan perguruan tinggi.

photo
Jurusan kuliah favorit calon mahasiswa baru (ilustrasi) - (mgrol101)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement