Kamis 25 Feb 2021 03:03 WIB

Pandemi Mampu Perbaiki Indeks Kualitas Lingkungan di 2020

Secara total rata rata sudah diatas target RPJMN 68,71 dan capaiannya di angka 70,27

Rep: amri amrullah/ Red: Hiru Muhammad
Warga berjalan di kawasan rendah emisi, Kota Tua, Jakarta, Rabu (17/2/2021). Data hasil analisis laboratorium dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat menunjukan kualitas udara di kawasan Kota Tua menjadi baik setelah adanya kebijakan Low Emission Zone (LEZ) atau kawasan rendah emisi yang diberlakukan Pemprov DKI Jakarta sejak 8 Februari 2021.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Warga berjalan di kawasan rendah emisi, Kota Tua, Jakarta, Rabu (17/2/2021). Data hasil analisis laboratorium dari Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat menunjukan kualitas udara di kawasan Kota Tua menjadi baik setelah adanya kebijakan Low Emission Zone (LEZ) atau kawasan rendah emisi yang diberlakukan Pemprov DKI Jakarta sejak 8 Februari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hampir setahun pandemi Covid-19 tahun lalu yang dimulai pada Februari hingga Desember 2020 di Indonesia, ternyata membawa dampak perbaikan kualitas lingkungan secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari data Ekspose Indeks Kualitas Lingkungan Hidup tahun 2020 yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) baru-baru ini.

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Karliansyah mengatakan selama pandemi Covid-19 di 2020 memang telah mempengaruhi indeks kualitas lingkungan menjadi lebih baik. Secara keseluruhan dari 6 pengukuran indeks kualitas lingkungan menunjukkan hasil capaian diatas target nasional.

"Secara keseluruhan indeks lingkungan hidup RI tahun 2020 meningkat. Artinya semakin membaik, bahkan melebihi dari target yang telah ditetapkan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional)," ujar Karliansyah saat pemaparan Ekspose Indeks Kualitas Lingkungan Hidup tahun 2020 di Gedung Ditjen PPKL KLHK, Kebon Nanas, Jakarta Timur, Rabu (24/2).

Ia memaparkan dalam ekspose indeks kualitas lingkungan ada 6 indikator yang dilihat. Pertama indeks kualitas air, kedua indeks kualitas udara, ketiga indeks kualitas lahan, keempat indeks tutupan lahan, kelima indeks kualitas ekosistem gambut, keenam indeks kualitas air laut.

Dari kesemua indeks tersebut, jelas Karliansyah, secara total dan rata rata sudah diatas target RPJMN. Dimana target RPJMN 68,71 dan capaiannya di angka 70,27. "Ini disokong dengan beberapa indeks yang sangat jauh angka perbaikannya, seperti indeks perbaikan udara, dimana saat awal pandemi kantor dan industri banyak yang menginstruksikan sebagian pekerjanya kerja dari rumah (WFH)," kata dia.

Indeks kualitas udara, menyumbang angka perbaikan indeks lingkungan yang cukup tinggi. Karliansyah memaparkan, bahkan Jakarta ikut menyumbang kualitas udara yang cukup baik selama 2020, dengan kualitas udara 'Sedang' dimana rerata konsentrasi PM2,5 di 2020 28,6. Dimana ada 5 provinsi yang masuk kategori rerata kualitas udara sangat baik, yakni Banten, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kepulauan Riau.

Karena itu ia berharap kondisi ini bisa tetap dipertahankan, baik ketika pandemi masih berlangsung atau nanti setelah pandemi Covid-19 dinyatakan telah usai. Diantaranya, pesan dia, masyarakat tetap memilih transportasi umum sebagai alternatif dengan tetap menjaga protokol kesehatan selama pandemi. Selain itu mulai alternatif hidup lebih bersih, memilih transportasi yang ramah lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga sungai dan sumber air tetap bersih.

Karena menurut dia, selain menjaga kualitas udara, menjaga kualitas air seperti sungai, kali, danau dan perairan lain juga sangat penting. "Untuk itu sudah saatnya masyarakat tidak lagi membuang limbah domestik rumah tangga ke sungai dan sumber air lain. Karena bagaimanapun sungai masih menjadi sumber pengolahan air bersih di banyak PDAM," kata dia.

Disamping, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah juga akan tetap membangun dan menjaga berbagai fasilitas untuk perbaikan lingkungan, seperti instalasi pengolahan limbah di daerah. Walaupun diakui dia, dari skala kebutuhan yang dibangun saat ini masih sangat jauh dari memadai. Maka, Karliansyah berharap ada dukungan juga dari Kementerian PUPR membangun fasilitas IPAL ini untuk solusi kualitas air di perkotaan.

"Walaipun saya tahu masalah yang dihadapi PUPR di perkotaan juga ketersediaan lahan. Karena itu paling gampang sebenarnya bagaimana di pemukiman padat penduduk itu, kita bisa memanfaatkan ruang ruang kecil untuk pemanfaatan pengelolaan limbah. Memang lahannya kecil, tapi kalau banyak, lumayan bisa memperbaiki kualitas air limbah domestik," terangnya.

Kemudian untuk indeks kualitas lahan. Karliansyah menyebut ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama luas tutupan hutan dan ekosistem gambut. Khusus untuk ekosistem gambut, sejak 2016 diakui dia KLHK sudah mencoba ekosistem gambut yang rusak bisa bertahap diperbaiki. Caranya dengan membuat lahan gambut tetap lembab dan basah, maka diperlukan sekat kanal-kanal agar air tetap bertahan basah walau di musim kemarau.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement