REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut masih terus mencari lahan relokasi untuk warga Kampung Cipager dan Kampung Babakan Kawung, Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, yang terdampak bencana tanah longsor. Namun, kepastian lahan relokasi harus menunggu kajian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Camat Cilawu, Mekarwati mengatakan, sampai saat ini belum ada kepastian lahan untuk relokasi warga. Menurut dia, warga terdampak longsor inginnya relokasi tak jauh dari wilayah rumah mereka sebelumnya. "Sampai dengan saat ini kan belum ada kepastian dipindahkan ke mana. Kita harus pastikan tempat yang aman dari PVMBG," kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (24/2).
Ia menambahkan, pihak kecamatan baru mengusulkan sejumlah lahan yang dapat dijadikan untuk tempat relokasi. Usulan lahan itu ada yang berada di dalam wilayah Desa Karyamekar dan luar wilayah desa.
Untuk memastikannya, Mekarwati mengatakan, pihaknya harus menunggu kajian dari PVMBG. Dengan begitu, dapat dipastikan tempat relokasi warga aman dari kejadian bencana serupa pada kemudian hari.
Ia mengakui, warga memang ingin tempat relokasi masih berada di wilayah kampungnya. Namun, jika nantinya wilayah itu dinyatakan tak layak untuk permukiman, pihaknya akan melakukan sosialisasi ke warga agar mau direlokasi ke tempat yang aman. "Nanti keputusannya dari pemkab. Kita hanya mengusulkan," kata dia.
Selama masa transisi menuju relokasi, Mekarwati mengatakan, pihaknya masih belum memutuskan tempat untuk menampung warga. Pihak kecamatan juga terus berkoordinasi dengan Pemkab Garut untuk menyiapkan hunian warga terdampak selama menunggu relokasi."Sekarang kita masih fokus penanganan di pengungsian," kata dia.
Sementara itu, Wakil Bupati (Wabup) Garut, Helmi Budiman telah meninjau enam titik lokasi yang akan dijadikan tempat relokasi untuk para warga terdampak longsor yang berada di Kampung Cipager, Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, pada Selasa (23/2). Menurut Wabup, PVMBG akan datang ke Kampung Cipager untuk melihat daerah mana yang aman dan yang mana yang harus direlokasi.
"Kamis Insya Allah kita akan kedatangan dari Badan Geologi untuk melihat Kampung Cipager, Desa Karyamekar nanti, mudah-mudahan hasilnya segera, sehingga kita bisa mengetahui mana daerah yang aman dan mana yang harus direlokasi," kata dia melalui keterangan resmi.
Helmi menambahkan, PVMBG juga akan memeriksa enam titik yang sudah dipetakan untuk tempat relokasi. Dengan begitu, tempat relokasi dapat segera dipastikan. "Enam titik yang sudah kita petakan ini akan kita periksa semua mana yang paling layak mana, yang tanahnya tidak bergerak. Salah satunya ini di Kampung Cigombong, tadi juga saya melihat dari Kampung Babakan Kawung, kalau secara sepintas, secara kasat mata mudah-mudahan ini tidak termasuk daerah bahaya," kata dia.
Ia menuturkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut sudah memetakan secara kasar daerah mana saja yang termasuk zona merah dan zona kuning. Berdasarkan hasil pemetaan kasar BPBD, terdapat 60 rumah yang mauk zona merah dan 49 rumah masuk zona kuning. Artinya, perkiraan sementara ada 109 rumah yang harus direlokasi.
Untuk merelokasi 109 rumah itu setidaknya dibutuhkan 1,2 hektare lahan. "Ada 109 rumah yang harus di relokasi berarti yang kita perlukan 1-1,2 hektare kebutuhan tanah untuk relokasi. Nah saya belum menerima informasi dari berdasarkan kajian dari BPBD mana yang cocok tapi kita sudah ada enam lokasi yang sudah disurvei untuk relokasi," kata dia.
Mekarwati mengatakan, berdasarkan data hingga Selasa (23/2) jumlah 208 jiwa atau 70 kepala keluarga (KK) yang mengungsi. Jumlah pengungsi itu turun dari sebelumnya yang mencapai 308 jiwa. Menurut dia, sebagian warga yang mengungsi ada yang pulang ke rumah keluarga atau kerabatnya yang dianggap aman.
Ia menambahkan, sejauh ini kondisi para pengungsi masih baik-baik saja. Tak ada pengungsi yang menderita penyakit. "Kita juga melakukan kegiatan untuk mengurangi kebosanan pengungsi, seperti senam dan mengaji. Petugas kesehatan juga terus memantau kondisi pengungsi," kata dia.
Sementara itu, pergerakan tanah di pusat terjadinya longsoran masih terus terjadi, meski skalanya berkurang. Sebab, dalam beberapa hari terakhir tak terjadi hujan besar di wilayah itu. "Alhamdulillah beberapa hari ini tak seperti kemarin-kemarin hujannya," ujar dia.