Kamis 18 Feb 2021 19:13 WIB

Wiku: Jumlah Daerah Zona Merah dan Oranye Meningkat

Wiku menyebut zona pekan ini menunjukkan perkembangan ke arah yang tak diinginkan.

Rep: Dessy Suciati Putri/ Red: Yudha Manggala P Putra
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito memaparkan perkembangan penanganan Covid-19 dalam keterangan pers di Graha BNPB, Selasa (16/2) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. Penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tingkat kabupaten/kota ditambah PPKM Mikro tingkat RT/RW, menghasilkan dampak yang signifikan terhadap perkembangan kasus Covid-19.
Foto: Satgas Covid-19
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito memaparkan perkembangan penanganan Covid-19 dalam keterangan pers di Graha BNPB, Selasa (16/2) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. Penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tingkat kabupaten/kota ditambah PPKM Mikro tingkat RT/RW, menghasilkan dampak yang signifikan terhadap perkembangan kasus Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, jumlah daerah yang masuk zona merah dan oranye pada pekan ini mengalami peningkatan. Satgas mencatat, jumlah kabupaten kota di zona merah meningkat dari 43 menjadi 44 daerah.

Sedangkan di zona oranye meningkat dari 346 menjadi 359 kabupaten kota. “Secara umum zonasi risiko pada minggu ini menunjukkan perkembangan ke arah yang tidak diharapkan,” kata Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (18/2).

Sementara itu, jumlah daerah di zona kuning dan zona hijau mengalami penurunan. Di zona kuning, jumlah daerahnya menurun dari 109 menjadi 96 kabupaten kota. Zona hijau menurun dari 12 menjadi 11 kabupaten/kota.

Analisa zona risiko ini dilakukan berdasarkan tiga indikator yakni epidemiologi, kesehatan masyarakat, dan juga pelayanan kesehatan. Wiku menyampaikan, meskipun pada minggu ini terjadi penurunan kasus positif, namun zonasi risiko tetap mengalami pergeseran ke arah yang kurang baik.

Artinya, penurunan kasus positif tak cukup berdampak pada pergeseran zonasi risiko daerah. Menurut Wiku, diperlukan konsistensi dalam upaya penanganan kasus sehingga dapat menurunkan angka kematian dan meningkatkan angka kesembuhan.

Selain itu, upaya testing dan tracing juga berpengaruh terhadap tingkat risiko penularan di suatu daerah. Karena itu, Satgas meminta seluruh bupati dan wali kota di Indonesia untuk rutin memantau perkembangan zonasi risiko wilayahnya.

“Mohon kepada bupati dan wali kota di masing-masing daerah utamanya yang masih berada di zona merah dan zona oranye untuk segera membenahi penanganan Covid-19 di wilayahnya masing-masing sehingga dapat segera bergeser ke arah yang lebih baik,” jelas Wiku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement