REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung mencatat aktivitas vulkanik gunung api yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Bondowoso, Jawa Timur itu kini mulai menurun. Material abu vulkanik Gunung Raung juga sudah tidak keluar secara terus menerus.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung Mukijo di Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (14/2), mengatakan, kegempaan juga sudah dominan pada amplitudo 1 mmserta suara gemuruh dan pantulan cahaya api juga menurun. "Asap kawah bertekanan lemah, teramati berwarna kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang, dan tinggi 300-500 meter di atas puncak kawah," katanya.
Selain itu, lanjut dia, abu vulkanik yang keluar dari Gunung Raung terpantau tipis hingga sedang, sedangkan arah angin membawa abu ke timur dan timur laut. Ia mengatakan, abu vulkanik Gunung Raung saat ini hanya keluar sesekali saja.
Abu hanya keluar dengan durasi waktu yang tidak bisa dipastikan, termasuk pantulan cahaya api dari asap tidak lagi nampak dan suara gemuruh juga tidak terdengar. "Paling tidak setengah jam sekali, suara gemuruh sudah tidak terdengar lagi. Begitu juga cahaya api sudah tidak tampak lagi sejak tadi malam," katanya.
Mukijo menjelaskan, untuk kegempaan sejak 12 Februari 2021 amplitudonya sudah dominan 1 mmdan kalaupun ada fluktuasi, tremor yang terjadi naik turunnya antara 1 mmhingga 4 mm. Dengan kondisi aktivitas Gunung Raung saat ini, menurut dia, bisa menggambarkan kondisi letusan gunung api secara keseluruhan sudah mereda.
"Hanya saja ya tetap kami pantau karena tremornya masih ada, sampai tadi pagi juga. Tinggi kepulan asap masih 500 meter," katanya.
Sejak 7 hingga 12 Februari 2021, kata dia, abu vulkanik Gunung Raung keluar secara terus menerus, dan semburan abu bisa mencapai hingga sekitar 2.500 meter di atas puncak. Kendati demikian, katanya, setelah 12 Februari 2021, kondisi aktivitas vulkanik menurun, status Gunung Raung masih waspada.
"Semoga kondisinya segera pulih. Sampai saat ini status masih waspada, dan jarak aman bagi masyarakat masih 2 kilometer dari atas puncak," demikian Mukijo.