Ahad 14 Feb 2021 13:22 WIB

 Azimah: Waspadai Hari Valentine dan Budaya Permisif Remaja

Saat ini pemerintah sedang giat mengkampanyekan setop pernikahan usia anak.

Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) saat hadir sebagai narasumber dalam Kajian bulanan Perempuan dan Ketahanan Keluarga perdana yang diadakan DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Pasar Mingu, Jakarta Selatan.
Foto:

Sinergi Orangtua, Guru, dan Masyarakat

Menanggapi paparan dari Azimah, Sri Sariwarni Kepala Sekolah SMAN 26 Jakarta menyatakan setuju bahwa orang tua dan guru penting untuk bersinergi.  Fenomena hari Valentine bisa menjadi momentum bagi orang tua dan guru untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak dan remaja tentang bahayanya perilaku seks bebas.

“Kami di SMAN 26 Jakarta bahkan sudah memulainya melalui ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)  dan Rohani Kristen (Rohkris). Termasuk juga melibatkan orang tua yang kebetulan ada yang berprofesi sebagai psikolog, untuk memberikan pemahaman parenting kepada para orang tua,” ujar Sri. 

Senada dengan Sri, Ketua DKM Masjid Raya Palapa Baitus Salam, Djodi Tjahjadi menyatakan bahwa institusi rumah ibadah seperti masjid juga dapat dilibatkan untuk memberi pemahaman yang benar kepada para remaja terkait budaya permisif ini. “Kegiatan hari ini yang digagas oleh bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga dari masjid kami ini merupakan terobosan untuk kepada masyarakat untuk memberi pemahaman tentang bahayanya ideologi di belakang peringatan hari Valentine. Semoga di masa yang akan datang kegiatan-kegiatan seperti ini bisa kami sinergikan dengan sekolah-sekolah sehingga mampu menjangkau langsung generasi muda yaitu anak-anak dan remaja,” ujar Djodi.

Sementara itu Utari, salah satu peserta mengkhawatirkan tingginya tingkat pembelian kondom di malam hari Valentine. Untuk itu, Utari menanyakan apakah anak-anak dan remaja juga perlu diberi pengetahuan mengenai fenomena ini.

Menanggapi pertanyaan Utari, Azimah menyampaikan bahwa pemberian pemahaman tentang alat-alat kontrasepsi, terutama fungsi dan kegunaannya memang penting diberikan kepada anak dan remaja. Namun harus disampaikan sesuai dengan jenjang usia dan melalui sarana pendidikan kesehatan reproduksi dalam kerangka pendekatan norma agama dan norma susila.

 

“Pemberian pemahaman tentang kesehatan reproduksi kepada para remaja penting dilakukan terutama oleh orang-orang terdekat anak yaitu orang tua dan guru. Tujuannya agar mereka dapat lebih bertanggungjawab (mampu menjaga amanah) terhadap tubuhnya dan terhindar dari perilaku permisif, “ ucap Azimah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement