Ahad 14 Feb 2021 08:50 WIB

Warga Baduy Tutup Diri Hingga Tiga Bulan ke Depan

Wisatawan tak diperkenankan datang mulai 13 Februari hingga 14 Mei 2021.

Suasana di Desa Kanekes tempat suku Baduy menetap. Mulai 13 Februari hingga 14 Mei, kawasan tersebut ditutup untuk wisatawan karena mereka tengah melaksanakan ritual Kawalu. (ilustrasi).
Foto: Republika/Alkhaledi Kurnialam
Suasana di Desa Kanekes tempat suku Baduy menetap. Mulai 13 Februari hingga 14 Mei, kawasan tersebut ditutup untuk wisatawan karena mereka tengah melaksanakan ritual Kawalu. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Masyarakat Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikeusik, dan Cikawartana mulai 13 Februari hingga 14 Mei 2021 menutup diri dari wisatawan. Pasalnya mereka tengah melaksanakan ritual Kawalu selama tiga bulan.

Selama ritual Kawalu, mereka fokus pada ketenangan dan ketentraman sehingga wisatawan tidak diizinkan berkunjung. Warga Baduy Dalam juga dilarang menggelar perkawinan maupun sunatan anak yang bisa menimbulkan keramaian.

Baca Juga

Selama ritual Kawalu, masyarakat Baduy memanjatkan doa dengan diiringi puasa. Mereka memohon agar bangsa Indonesia diberikan keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, dan keamanan serta dijauhkan dari marabahaya, termasuk dibebaskan dari penyebaran Covid-19.

"Kami minta wisatawan dapat menghargai keputusan adat yang melarang kawasan Baduy Dalam itu dikunjungi orang luar," kata tokoh Baduy Dalam, Cibeo Ayah Mursid.

Penutupan kawasan Baduy Dalam itu berdasarkan keputusan adat Nomor 141.01/13-Ds.Kan-200I/2021, tertanggal 13 Februari 2021 yang ditandatangani Kepala Desa Kanekes. Pemerintahan desa telah memasang peringatan di pintu gerbang Baduy di Ciboleger agar wisatawan menaati hukum adat.

Tradisi Kawalu warisan nenek moyang sejak turun temurun dan wajib dilaksanakan setiap tahun dan tiga kali selama tiga bulan dengan puasa seharian. Perayaan Kawalu merupakan salah satu tradisi ritual yang dipercaya oleh warga Baduy Dalam. Dalam perayaan Kawalu itu, masyarakat Baduy mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

"Kami berharap doa itu dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Tetua adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija.

Masyarakat Baduy yang tinggal di Pegunungan Kendeng dengan luas 5.100 hektare tersebar di 65 perkampungan. Ada sekitar 11.600 jiwa di sana.

Hingga kini penyebaran Covid-19 di kalangan Baduy belum ditemukan alias nol kasus, sejak pemerintah menetapkan wabah virus corona sebagai bencana nasional pada 13 April 2020. Warga Baduy lebih ketat dalam menerapkan protokol kesehatan dengan 5M guna mencegah penularan virus corona.

Lembaga adat setempat mengimbau masyarakat tidak ke luar daerah, terlebih ke daerah zona merah penyebaran Covid-19. "Sampai saat ini warga Baduy masih nol kasus Covid-19," kata Petugas Medis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Iton Rustandi.

Selama ini aktivitas masyarakat Baduy lebih banyak di rumah dan ladang untuk mengembangkan pertanian. Warga Baduy yang merantau pun diminta untuk pulang dan sebelum masuk pemukiman adat terlebih dahulu menjalani pengecekan kesehatan di puskesmas setempat.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement