REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dan peneliti pandemi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menilai, penguatan tes rapid antigen lebih mudah diterapkan di Indonesia. Tes itu dianggap mampu memetakan laju infeksi agar lebih mudah ditangani.
Dicky mendukung, jika pemerintah menggencarkan tes rapid antigen hingga pelosok daerah sebagai bentuk strategi pelacakan atau tracing. Menurutnya, Pemda dapat lebih mudah memfasilitasi tes itu ketimbang Swab PCR yang perlu peralatan lebih banyak.
"Untuk kapasitas laboratorium rapid tes antigen jauh lebih mudah ketimbang PCR karena tidak harus periksa detil. Lebih mudah untuk disetting di tingkat kabupaten/kota," kata Dicky pada Republika, Sabtu (13/2).
Dicky meyakini unsur Forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) dapat menunaikan tugas penguatan tracing dengan saling membagi tugas.
"Apalagi dengan melibatkan institusi TNI, Polri, BUMD tentu bisa lebih mudah," lanjut Dicky.
Walau demikian, Dicky menitip pesan agar pemerintah gigih melakukan penguatan tracing. Sehingga kebijakan itu tak lantas menjadi lips service belaka.
"Yang penting itu komitmen antar level pemerintah dan konsistensi karena itulah tantangan besar di Indonesia," ucap Dicky.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan angka kasus positif covid-19 di Indonesia diprediksi bakal terjadi lonjakan seiring semakin digencarkannya tracing yang melibatkan Babinsa dan Bhabinkamtibmas.
Strategi menggencarkan tracing terhadap orang yang kontak dengan orang yang positif covid-19 tersebut, juga dilakukan di India yang belakangan terbukti menekan angka penularan covid-19. Nantinya, upaya tracing tersebut akan dilakukan menggunakan metode swab antigen maupun swab PCR.