REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengajak industri untuk berinovasi dengan menangkap peluang pasar wisatawan Nusantara yang ingin memindahkan kegiatan mereka seperti bersekolah atau bekerja dari destinasi. Sandiaga menilai potensinya yang cukup besar, khususnya di Bali.
"Salah satu garda terdepan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia). PHRI adalah mitra pemerintah dalam mempertahankan lapangan kerja yang jumlahnya jutaan dan menangkap berbagai peluang untuk bangkit kembali," kata Sandiaga dalam siaran pers, Jumat (12/2).
Ia mengatakan, salah satu peluang yang bisa diambil adalah pasar wisatawan Nusantara yang ingin memindahkan kegiatan mereka seperti bekerja juga bersekolah dari destinasi. Belakangan, hal tersebut memang menjadi salah satu tren di kalangan masyarakat.
Ia pun mendorong agar industri bisa melihat potensi dan peluang ini dengan baik. Ia memperkirakan setidaknya ada 5.000 sampai 7.500 wisatawan dari Jabodetabek dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia.
"Pasarnya ada. PHRI Pusat sudah melakukan kerja sama dengan maskapai dan pihak kami, kalau sudah ada izin dari Pemprov Bali akan kita langsung eksekusi dalam promosi. Kalau bisa dieksekusi bulan Maret," kata Sandiaga.
Pemerintah, kata dia, akan berupaya maksimal untuk mendukung berbagai program yang akan dijalankan industri. Termasuk menargetkan lebih banyak lagi pelaku usaha hotel dan restoran yang mendapatkan sertifikasi CHSE secara gratis.
"Mudah-mudahan ini menjadi satu harapan inovasi, terobosan baru untuk membangkitkan pariwisata dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya," kata Sandiaga.
Ketua Umum PHRI, Hariyadi Soekamdani, mengatakan, program bekerja atau bersekolah dari destinasi, khususnya di Bali memang menjadi salah satu program yang akan dijalankan pihaknya dalam waktu dekat. "Jadi konsepnya bukan liburan, tapi berkegiatan seperti bekerja atau bersekolah dari destinasi. Mereka berkegiatan tapi dengan mendapatkan suasana lingkungan yang berbeda," kata Hariyadi.
PHRI Pusat, kata dia, telah menjalin kerja sama dengan pihak maskapai AirAsia yang akan mendukung dari segi transportasi. Dengan harga yang kompetitif, ia yakin konsep tersebut bisa menjadi salah satu program jangka pendek yang bisa dijalankan industri.
"Tinggal sekarang teman-teman di Bali untuk menangkap peluang ini. Kalau kita bisa menyajikan harga yang kompetitif, tentu ini peluang yang besar. Jumlahnya mungkin bisa mencapai 20 ribu bahkan lebih (wisatawan). Potensi pasar ini tentunya bisa dikembangkan ke destinasi lain ke depannya selain Bali," kata Hariyadi.
Sementara Ketua PHRI DPD Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), mengatakan besar harapan dari pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali, khususnya hotel dan restoran agar program-program yang dicanangkan Kemenparekraf dapat diwujudkan secepatnya. Termasuk program-program seperti pinjaman lunak, dana hibah pariwisata yang akan ditingkatkan, sertifikasi CHSE gratis, prioritas vaksinasi, dan lainnya.