REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr. Ede Surya Darmawan, SKM,MDM, berharap masyarakat dapat merayakan Hari Raya Imlek dan menahan diri untuk tidak berlibur saat libur panjang (long weekend) pekan ini, Tujuannya demi memutus rantai penyebaran Covid-19.
"Untuk meredam penularan, pilihannya adalah memutus hubungan orang agar tidak berkomunikasi dalam hal ketemu fisik sehingga tidak terjadi penularan," kata Dr. Ede melalui keterangan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Kamis (11/2).
Melihat tren selama hampir setahun pandemi Covid-19, liburan panjang berarti potensi kenaikan jumlah kasus. Trennya ada peningkatan sebesar 40 persen setelah liburan panjang. Pada dasarnya, prinsip penanganan penyakit menular seperti Covid-19 adalah memutus transmisi penularan dari sumbernya.
Proses penularan terjadi melalui interaksi antarpribadi dalam lingkup interaksi sosial yang kemudian interaksi ini meluas. Sebelumnya, Indonesia sudah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di awal April 2020 dengan sangat ketat dan hasilnya kasus tertahan.
"Namun, kemudian kita tergoda dengan mudik dan pulang kampung maka jumlah kasus meningkat. Kemudian di Agustus naik lagi sampai liburan natal dan tahun baru. Semuanya memiliki rumus yang sama, yaitu liburan - perjalanan/mobilitas - terjadi kerumunan. Inilah pola hal yang harus kita hafal," kata Dr. Ede.
Diharapkan, jika pada long weekend Imlek masyarakat bisa menahan, maka otomatis jumlah kasus akan menurun. Tak lupa selalu tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
"Mari menjadi masyarakat yang bijak dan cerdas belajar dari masa lalu, serta berani mengatakan untuk tetap di rumah saja dalam merayakan Imlek tahun ini. Agar tidak terjadi lonjakan dan peningkatan kasus," imbuh Ede.