Rabu 10 Feb 2021 21:34 WIB

Benarkah Anies Coret Program Normalisasi Sungai Jakarta?

Pemprov DKI tidak mendikotomikan normalisasi dan naturalisasi sungai di Jakarta.

Suasana Sungai Ciliwung yang meluap di Jalan Jatinegara Barat, Jakarta, Senin (8/2). Banjir yang menggenangi badan jalan mencapai 20 cm tersebut diakibatkan luapan sungai Ciliwung yang dipicu tingginya curah hujan sejak dini hari. Republika/Putra M. Akbar
Foto:

Pada Selasa (9/2) malam, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan kunjungan dan peninjauan kondisi di RW 04 dan 03 Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Dalam kunjungan itu, Anies menyebut, pada musim hujan kali ini, kedua lokasi itu tidak terdampak banjir.

Padahal, kata dia, kampung yang berada di bantaran Kali Sunter itu sempat diterjang banjir hingga tiga meter pada tahun lalu. Menurut Anies, hal ini menunjukkan bahwa penanganan banjir di Kampung Cipinang Melayu semakin optimal.

“Alhamdulillah saat ini kita berada di RW 04 kelurahan Cipinang Melayu, tempat kita berdiri saat ini biasanya kalau musim hujan akan terjadi banjir yang amat tinggi, bahkan di tiang listrik ini diberikan penanda muka air sampai 2,5 meter, tahun lalu 3 meter,” kata Anies.

Anies menilai, keberhasilan menanggulangi banjir di wilayah itu adalah dengan memberikan perhatian dan penanganan dari hulu Kali Sunter yang kerap kali menjadi penyebab utama dari luapan air ke kampung di sekitarnya. Ia mengungkapkan, Pemprov DKI melakukan berbagai pengerukan dengan mengerahkan 15 eskavator di tanggul-tanggul dekat aliran Kali Sunter.

Kemudian, membuat sodetan sehingga debit air yang mengalir di Kali Sunter menjadi terkendali. “Ikhtiar kita adalah dengan melakukan pengerukan Waduk Rangon dan Waduk Tiu di sisi selatan Jakarta Timur. Lalu disiapkan sodetan khusus sehingga air sungai dialirkan dan ditahan di waduk, baru mengalir ke sini dengan volume debit yang terkendali,” jelasnya.

Ia menuturkan, dengan adanya pelaksanaan berbagai upaya tersebut, tahun ini warga dapat lebih tenang menghadapi musim hujan.

“Dengan ikhtiar itu dan atas izin Allah SWT dimudahkan untuk mengendalikan volume air di tempat ini dan kawasan RW 04 Cipinang Melayu, akhirnya warga bisa merasakan musim penghujan tanpa kebanjiran,” imbuhnya.

Meski demikian, Anies menambahkan, pihaknya masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah untuk memastikan kembali tak ada banjir di Cipinang Melayu. Salah satunya adalah menuntaskan pembuatan tanggul di sepanjang RW 04 dan 03 Cipinang Melayu, karena saat ini tanggul tersebut masih bersifat temporer.

“Dan ikhtiar ini akan kami tuntaskan. Nanti tidak lama lagi fase kedua akan diteruskan, memastikan tanggulnya di sini dituntaskan, saat ini tanggulnya masih temporer,” ungkapnya.

Selain itu, dia menambahkan, penanganan banjir tahun ini cukup berdampak baik lantaran adanya program gerebek lumpur yang dilakukan Pemprov DKI.

"Kita bersyukur bahwa program gerebek lumpur yang kita jalankan dalam beberapa bulan terakhir telah menunjukkan hasilnya. Di mana saluran-saluran air dalam sistem drainase di Jakarta, sendimentasinya bisa dibersihkan. Sehingga bisa mengelola limpahan air hujan dengan lebih baik," jelas Anies.

Meski demikian, Anies tetap mengingatkan masyarakat Jakarta untuk waspada terhadap potensi banjir. Sebab, kata dia, musim hujan belum usai. Dia juga meminta para penjaga pintu air, Dinas Sumber Daya Air, DKI Jakarta, dan pihak terkait penanganan banjir agar tetap melakukan koordinasi dan komunikasi.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia yaitu 96 persen dari 342 Zona Musim saat ini telah memasuki  musim hujan. BMKG memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Januari - Februari 2021 di sebagian Sumatera bagian selatan, sebagian besar Jawa termasuk DKI Jakarta, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengutip analisis instansinya yang menunjukkan, bahwa kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh munculnya pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia dan munculnya sirkulasi siklonik di sekitar wilayah utara Indonesia sehingga mempengaruhi pola arah dan kecepatan angin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Indonesia.

"Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang," ujarnya, Rabu (10/2).

In Picture: Banjir di Semarang Berangsur Surut

photo
Warga menaiki perahu rakit menerobos jalan yang tergenang banjir di jalan jalur Pantura Desa Jati Wetan, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (9/2/2021). Banjir dengan ketinggian hingga 50cm sejak Sabtu (6/2) lalu itu menyebabkan kemacetan dari arah Kudus menuju Semarang. - (Antara/Yusuf Nugroho)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement