REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Terpilih PB IDI sekaligus Ketua Tim Mitigasi Covid-19 PB IDI, Dr. Muhammad Adib Khumaidi, mengatakan, sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ruangan dengan jendela yang bisa dibuka lebih baik di masa pandemi. Ruangan berjendela dipandang lebih sehat ketimbang lokasi ber-AC.
"Di kondisi pandemi, AC kurang dianjurkan. Jadi kami lebih menganjurkan untuk membuka jendela," kata dia dalam webinar yang digelar Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, Jumat (5/2) malam.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) sekaligus epidemiolog Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Ridwan Amiruddin. Dia menuturkan, saat ini rekomendasi lain WHO selain menjaga jarak, mengenakan masker, mencuci tangan yakni membuka jendela.
Sirkulasi udara yang tidak baik telah menyebabkan klaster kantor yang terjadi selama ini. Sebagian besar klaster kantor terjadi di ruangan ber-AC.
Sebuah pelajaran penting di Korea Selatan pada sebuah restoran beberapa waktu lalu menunjukkan, penularan Covid-19 dari satu orang ke orang lain padahal tidak saling berkontak langsung terjadi di ruangan ber-AC.
Kemudian, jika kondisi tidak memungkinkan membuka jendela, misalnya saat berada di gedung-gedung tinggi, Adib menyarankan penggunaan air purifier dengan HEPA filter. Filter membantu menjaga kondisi ventilasi dalam suatu ruangan.
Beberapa waktu lalu, ada teori yang mengatakan ion-ion tertentu bisa membantu mensterilkan ruangan. Menurut Adib, hal ini masih membutuhkan pembuktian secara ilmiah.
Ruangan dengan jendela terbuka juga disarankan bagi orang yang menjalani isolasi mandiri baik itu yang bergejala ringan atau tanpa gejala (OTG). "Karena itu, diharapkan saat isolasi mandiri, supaya menggunakan udara terbuka. Penggunaan AC dibatasi. Ini yang paling direkomendasikan," ujar dia.
Kalaupun ruangan yang digunakan untuk isolasi mandiri ber-AC, sebaiknya segera membersihkan AC dalam ruangan itu setelah selesai digunakan isolasi mandiri.