REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Indonesia (KTNA), Winarno Tohir yang juga dikenal sebagai tokoh pertanian, meninggal dunia pada Sabtu pagi setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Pertamina Cirebon, Jawa Barat.
Pria kelahiran Indramayu, 5 Januari 1957 (usia 64 tahun) tersebut mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 04.00 WIB, berdasarkan pesan yang diterima di Jakarta, Sabtu (6/2).
"Inalillahi waina ilahi rojiun. Telah berpulang kerahmatullah Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Indonesia (Alm) Ir H Winarno Tohir di Rumah Sakit Pertamina Cirebon pukul 04.00 WIB. Keluarga besar KTNA mohon doa dan keridhoan untuk beliau, semoga ditempatkan disisi terbaik di surga Allah SWT," tulis Pengurus KTNA Nasional di Jakarta, Sabtu.
Winarno dikenal oleh sejumlah media sebagai salah satu narasumber yang mumpuni di bidang pertanian, khususnya terkait pupuk sebagai penunjang produktivitas tanaman.
Di bidang akademis, Winarno meraih gelar sarjana muda dari Akademi Pertanian Tanjungsari tahun 1982, kemudian gelar sarjana di bidang Sosial Ekonomi Pertanian dari Sekolah Tinggi Pertanian Tanjung Sari Sumedang, Jawa Barat tahun 1990.
Usai lulus, ia mengikuti program magang Pertanian di Fukui, Jepang selama 9 bulan dan menjadi tenaga ahli Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) Roma di Gambia, Afrika selama 3 bulan.
Sebelum wafat, pria yang akrab disapa Pak Win ini telah menjabat sebagai Ketum KTNA selama tiga periode, Ketua Umum Induk Koperasi Tani Nelayan (Inkoptan), dan Wakil Ketua Yayasan Amal Masyarakat Pertanian Indonesia (Yampi).
Diaa juga pernah menjabat sebagai Komisaris PT Pupuk Kujang sejak 14 Januari 2011, yang merupakan periode pertama masa jabatan, dan diangkat kembali melalui Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham No. 04 tanggal 21 April 2014. Pada tanggal 25 Agustus 2020, Winarno masih dipercaya untuk menjabat kembali sebagai Dewan Komisaris PT Pupuk Kujang.
Dalam wawancara terakhir, Winarno menegaskan, masyarakat, termasuk awak media, harus memahami terkait kebijakan pupuk bersubsidi yang selalu menjadi sorotan karena adanya isu kelangkaan pupuk.
"Penyaluran pupuk bersubsidi memberi manfaat dan jaminan bagi petani kecil untuk berproduksi. Kalau tidak ada subsidi, harganya mahal. Dosis pupuk petani jadi dikurangi, kalau dikurangi bisa produktivitas kita turun," kata Winarno pada 27 Januari 2021.