REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Jakarta Selatan berharap flyover Lenteng Agung secepatnya beroperasi. Jalan layang tersebut dinilai dapat mengurai kemacetan yang kerap terjadi di perlintasan sebidang Lenteng Agung dan Tanjung Barat.
"Flyover dibutuhkan untuk mengurai kemacetan di perlintasan rel kereta api dan menghindari kecelakaan di sekitar area perlintasan tersebut," kata Kepala Suku Dinas Bina Marga Kota Jakarta Selatan, Heru Suwondo, saat dikonfirmasi, Jumat (29/1).
Menurut Heru, kehadiran flyover berbentuk tapal kuda tersebut diperlukan untuk mengurai permasalahan lalu lintas di sekitar perlintasan rel kereta api Lenteng Agung dan Tanjung Barat.
Sebelum ada flyover, lalu lintas di sekitar perlintasan sebidang rel kereta api antara Lenteng Agung dan Tanjung Barat kerap terjadi kemacetan. Kendaraan yang ingin berputar arah harus mengantre di rel kereta api, kendaraan yang mau lurus ke Pasar Minggu atau ke Lenteng Agung juga tersendat karena antrean kendaraan yang melintas di perlintasan sebidang (perpotongan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan).
"Sebelum adanya flyover, dampaknya antrean kendaraan di Lenteng Agung dan Tajung Barat sangat panjang," katanya.
Dengan dihilangkannya perlintasan sebidang, maka kendaraan yang hendak memutar arah dapat menggunakan flyover, sedangkan kendaraan yang ingin lurus dari Lenteng Agung menuju Pasar Minggu tinggal mengambil jalur bawah, begitu juga sebaliknya.
Selain itu, lanjut Heru, jarak tempuh pengendara dari Lenteng Agung ke Pasar Minggu ataupun sebaliknya menjadi lebih cepat. Sebelumnya, butuh waktu lima menit untuk bisa melintas di perlintasan untuk putar balik. "Sekarang tidak perlu lagi berputar arah di perlintasan, tinggal naik flyover, dan kendaraan yang mau lurus tinggal bablas," kata Heru.
Flyover Lenteng Agung dan Tanjung Barat dibangun oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dirancang ikonik menyerupai tapal kuda yang saling membelakangi.
Jalan Layang Lenteng Agung memiliki panjang 880 meter dengan biaya pembangunan sebesar Rp 143,55 miliar. Sedangkanjalan layang Tanjung Barat memiliki panjang total 1.120 meter dengan biaya pembangunan Rp 163,26 miliar.
Keberadaan jalan layang Lenteng Agung juga menjadi pembicaraan warga dan anggota DPRD DKI Jakarta karena diikuti dengan program pengecatan atap rumah warga di sekitar jalan layang untuk mempercantik kawasan tersebut.
Heru menambahkan, kehadiran jalan layang yang menyerupai tapal kuda itu menjadikan kawasan itu instragramable sehingga bisa menambah daya tarik Kota Jakarta Selatan.
Saat ditanya kapan akan diresmikan dan dioperasikan, Heru mengatakan keputusan itu sepenuhnya menjadi kewenangan Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta.